
Video: Pelaku Usaha Soroti Kebutuhan Infrastruktur EV Untuk Tambang
Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah mewacanakan penggunaan bahan bakar nabati B50 sebagai bagian dari upaya mengurangi ketergantungan pada energi fosil, menekan emisi, dan memperkuat ketahanan energi nasional. Namun, pelaku usaha menilai implementasinya masih menyisakan sejumlah tantangan, terutama dari sisi efisiensi dan biaya operasional.
Wakil Ketua Umum I Asosiasi Jasa Pertambangan Indonesia (ASPINDO) sekaligus Presiden Direktur PT Harmoni Panca Utama Ahmad Kharis mengungkapkan bahwa secara komersial, dampak positif B50 terhadap pemerintah tidak terlalu signifikan. Ia menjelaskan, net fuel consumption (NFC) justru mengalami penurunan hingga minus 5%-7%. Selain itu, ada biaya tambahan untuk menyediakan perlengkapan yang menjaga kualitas bahan bakar, yang tidak boleh disimpan terlalu lama karena berisiko merusak mesin dan memicu gangguan operasional.
Sementara itu, menyinggung kendaraan listrik (EV) sebagai alternatif, Ahmad menilai penggunaannya tidak serta-merta menjadi substitusi. Secara biaya bisa murah kalau ada pasokan listrik langsung dari PLN. Tapi kalau tidak ada jaringan dan akhirnya pakai genset, maka tidak ada efisiensinya.
Selengkapnya saksikan dialog Maria Katarina bersama Wakil Ketua Umum ASPINDO I Ahmad Kharis di Program Closing Bell CNBC Indonesia, Selasa (12/08/2025).
-
1.
-
2.
-
3.