Internasional

Sejarah! Putin Akan Datang ke Amerika, Temui Trump di Alaska

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
12 August 2025 21:30
U.S. President Donald Trump and Russia's President Vladimir Putin are seen during the G20 leaders summit in Buenos Aires, Argentina November 30, 2018. REUTERS/Marcos Brindicci     TPX IMAGES OF THE DAY
Foto: Presiden AS Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin terlihat pada KTT para pemimpin G20 di Buenos Aires, Argentina 30 November 2018. REUTERS / Marcos Brindicci

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin akan bertemu di Alaska. Pertemuan dijadwalkan berlangsung Jumat mendatang.

Ini menjadi kunjungan pertama Putin ke AS dalam satu dekade. Namun Institute for the Study of War (ISW) menilai ada upaya Kremlin memecah belah hubungan AS dengan Eropa terkait perang di Ukraina. Hal ini diungkap dalam laporan terbarunya.

ISW menilai, Moskow ingin melemahkan kohesi antara AS, Ukraina, dan sekutu Eropa. Rusia akan menggambarkan Kyiv dan Eropa sebagai penghalang tercapainya kesepakatan damai.

"Kremlin berusaha menggunakan KTT Alaska yang akan datang untuk memisahkan Amerika Serikat dari Eropa alih-alih terlibat dalam upaya perdamaian yang berarti," tulis ISW, seperti dikutip dari Newsweek, Selasa (12/8/2025).

ISW menilai sikap ini konsisten dengan tujuan jangka panjang Moskow yakni mencegah Ukraina masuk NATO, membentuk pemerintahan proksi pro-Rusia, serta melakukan demiliterisasi penuh Ukraina. Lembaga itu juga memperingatkan Rusia kemungkinan melanggar gencatan senjata dan menyalahkan Ukraina, seperti yang terjadi pada musim semi 2025.

Sementara itu, Ukraina khawatir Rusia tidak berminat pada kesepakatan damai karena tetap berpegang pada tujuan menaklukkan negeri itu sepenuhnya. Laporan menyebut AS sempat mengusulkan pertukaran sebagian wilayah yang diduduki Rusia dengan perdamaian, namun ditolak Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.

Analis geopolitik Ukraina dari Ukraine Decoded, Viktor Kovalenko, menyebut KTT tersebut sebagai "terobosan diplomatik penting bagi AS dan Ukraina". Namun, jika itu melibatkan Kyiv.

"KTT Alaska dapat menghentikan pertumpahan darah, tetapi tanpa dukungan Ukraina dan fokus pada penarikan Rusia dari wilayah-wilayah penting, hal itu berisiko menjadi fatamorgana diplomatik," ujarnya.

Sebelumnya, Trump menyatakan dirinya dan Putin akan membahas proposal gencatan senjata yang melibatkan penyerahan wilayah timur Ukraina ke Rusia. Ide ini mendapat penolakan keras dari Zelensky dan juga Eropa, yang menilai kesepakatan semacam itu justru memberi waktu Moskow untuk mempersiapkan serangan baru.

Sejumlah tokoh Rusia secara terbuka menuding Eropa sebagai pihak yang menghalangi perdamaian. Ilmuwan politik Rusia Sergei Markov mengatakan kepada The Washington Post, "Kepentingan utama Rusia adalah menggambarkan Ukraina dan Eropa, bukan Rusia, sebagai penghalang kesepakatan".

Di sisi lain, mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev bahkan menyebut "para dungu Eropa" menghalangi AS mencapai kesepakatan damai. Ketua Partai Demokrat Liberal Rusia (LDPR), Leonid Slutsky, menuding negara-negara Eropa ingin mencegah penyelesaian cepat perang di Ukraina.

Perang kedua negara dimulai sejak 2022. Keinginan Ukraina menjadi negara NATO menjadi penyebab.


(luc/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Trump Sebut Putin Gila, Begini Respons Kremlin

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular