Muncul Fenomena Pedagang Daging Sapi Menghilang di Pasar, Ada Apa?
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga daging sapi yang tak kunjung turun dan cenderung stabil tinggi di atas Rp 100.000 per kg membuat para pedagang daging sapi resah dan banyak yang gulung tikar. Berdasarkan pantauan CNBC Indonesia di dua pasar yakni Pasar Kemiri Muka Depok dan Pasar Minggu Jakarta Selatan, harga daging sapi masih berkisar Rp 120.000 hingga Rp 130.000 per kg.
Bahkan, harga daging sapi sudah bertahan di posisi harga tersebut cukup lama, meski sempat naik sekitar Rp 140.000 - Rp 150.000 per kg. Hal ini membuat pedagang makin resah dan mereka banyak yang beralih berjualan lainnya seperti daging ayam.
Di Pasar Kemiri Muka, Retan, salah satu pedagang daging sapi mengungkapkan pembeli sudah berkurang drastis semenjak harga daging sapi bertahan di atas Rp 100.000 per kg.
"Iya betul, sepi, dulu ramai, gak tau gejala-gejala ekonomi gimana gitu, pembeli sudah berkurang gitu, sepertinya semenjak harga daging di atas Rp 100.000 per kg," kata Retan saat ditemui wartawan CNBC Indonesia, Selasa (12/8/2025).
Adapun harga daging sapi di tokonya, saat ini dijual seharga Rp 130.000 per kg.
Retan pun mengakui banyak rekannya yang juga merupakan pedagang daging sapi beralih menjual daging ayam karena masih ada kepastian untuk mendapatkan keuntungan.
"Iya, dulu di sini banyak yang jualan daging sapi. Tapi semenjak harga makin mahal, orang-orang pada mikir-mikir dong, dan mereka lebih memilih beli daging ayam ketimbang daging sapi," tambah Retan.
Senada dengan Retan, Sofyan, pedagang daging sapi lainnya di Pasar Kemiri Muka juga mengaku demikian, di mana pembeli makin berkurang akibat harganya yang terus bertahan di atas Rp 100.000 per kg.
"Wah, udah beda kondisinya, dulu mah saya berani gantung daging cukup banyak, sekarang kalau begitu, gak laku, mending yang digantung sedikit saja," kata Sofyan.
Harga daging sapi di tokonya mencapai Rp 120.000 per kg dan sudah bertahan sejak Lebaran Idul Adha 2025.
"Harga segitu sudah bertahan sejak lebaran qurban tahun ini, yang ada pembeli makin kabur," terangnya.
Bahkan, Ia mengakui pedagang yang berada di depannya, dahulu berjualan daging sapi, sekarang beralih ke daging ayam dan ikan.
"Itu dulu, depan saya, sama-sama jualan daging, sekarang beralih ke daging ayam sama ikan, mungkin karena lebih menguntungkan," ucapnya.
Sementara itu di Pasar Minggu, Jakarta Selatan, kondisinya hampir sama. Namun masih ada beberapa pedagang tetap menggantung daging sapi di tokonya. Salah satunya Mamat. Ia tetap memajang daging sapi seperti biasanya. Tetapi, Ia hanya membeli daging dari pemotong tak banyak seperti dulu.
"Kami jualan seperti biasa, memang kami akui pembeli sudah jauh berkurang, mungkin karena harganya tak kunjung turun ke bawah Rp 100.000, sehingga pembeli kabur, terpaksa kami kurangi beli dari pemotong, tidak seperti dulu lagi lah intinya," kata Mamat.
Adapun harga daging sapi di tokonya mencapai Rp 125.000 per kg dan sudah bertahan sejak Lebaran 2025.
"Di harga itu, sudah sejak Lebaran 2025 ya, sempat naik hingga Rp 150.000, cuma habis itu turun ke situ," terangnya.
Sementara itu, di Pasar Warakas dan Pelita di Tanjung Priok, Jakarta Utara juga menemukan fenomena yang sama. Banyak pedagang daging sapi yang gulung tikar karena margin keuntungan sedikit akibat tingginya harga daging sapi.
Sementara menurut Ketua Umum Asosiasi Pedagang Daging Indonesia (APDI), Asnawi mengatakan banyaknya pedagang sapi yang gulung tikar atau beralih ke pedagang daging ayam karena lesunya daya beli masyarakat yang berdampak pada sepinya kondisi pasar.
"Kondisi ekonomi Indonesia saat ini sedang melandai, dalam hal ini daya beli masyarakat, khususnya kelas menengah ke bawah, itu turunnya drastis sekali, dan inilah yang menjadi faktor terjadinya migrasi pedagang daging sapi," kata Asnawi.
Asnawi menambahkan permintaan daging sapi turun drastis, tetapi pasokan cukup melimpah, sehingga hal ini juga menjadi penyebab jumlah pedagang daging sapi menurun drastis.
"Demandnya rendah, tapi ketersediaan stok atau suplainya melimpah, itu yang menjadi penyebab," ujar Asnawi.
Selain itu, daging sapi sempat kalah saing dengan daging kerbau impor asal India yang dijual murah. Ini yang membuat para pedagang daging sapi enggan untuk berjualan yang akhirnya lama kelamaan lenyap.
"Daging sapi kita kalah saing dengan daging kerbau impor dari India, menyebabkan pedagang jadi enggan untuk berjualan," pungkasnya.
Menurut catatan APDI, jumlah pedagang daging sapi di Indonesia sekitar 1,25 juta orang. Saat ini, tinggal tersisa 462.500 orang atau menghilang 787.500 orang.
(chd/wur)