
Tiba-Tiba Istana Beri Peringatan Soal Harga Telur, Tunjuk Masalah Ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Kantor Staf Presiden (KSP) menyoroti tren kenaikan harga telur ayam yang sudah melampaui harga acuan penjualan (HAP). Deputi II Kepala Staf Kepresidenan Bidang Perekonomian dan Pangan, Edy Priyono mengingatkan, kenaikan ini berpotensi masuk kategori "tidak aman" jika dibiarkan.
"Ada satu hal yang mungkin kami ingin sampaikan secara khusus. Ada kecenderungan (harga telur ayam ras) naik berdasarkan pengamatan kami, dan dia harganya sudah di atas harga acuan penjualan (HAP) meskipun jaraknya belum terlalu besar, tapi sudah hampir menyentuh 10%," ujar Edy dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah di kantor Kemendagri, Jakarta, Senin (11/8/2025).
"10% adalah angka yang kalau kami di KSP itu memasukkan sebagai batas untuk masukkan dia aman atau tidak. Kalau harga sudah 10% di atas harga acuan itu kami biasanya memasukkan ke dalam kategori tidak aman. Nah mudah-mudahan ini telur ayam bisa dikendalikan," lanjutnya.
Edy menekankan pentingnya menjaga harga telur tetap terjangkau karena perannya sebagai sumber protein hewani yang murah.
"Telur ini sangat penting, karena ini adalah sumber protein yang baik dan relatif murah. Sehingga kalau kita bisa jaga konsumsi telur ini harganya cukup murah maka ini akan sangat baik untuk peningkatan gizi," kata dia.
Ia memaparkan, harga telur di lapangan saat ini sangat bervariasi, mulai dari di bawah Rp25.000 per kg hingga menembus Rp50.000 per kg. Perbedaan harga ini, kata Edy, erat kaitannya dengan harga pakan, khususnya jagung.
"Harga jagung sudah di atas Rp6.000 per kg. Dan ini mengalami kenaikan secara bulanan sekitar 2%. Ini juga selisihnya sudah 9% di atas harga acuan penjualan. Sudah mendekati batas untuk masuk tidak aman yaitu 10% di atas harga acuan," jelasnya.
Menurut Edy, harga jagung cenderung tinggi di sentra peternakan seperti Jawa Tengah dan Jawa Timur, sedangkan di daerah produsen seperti NTB dan Gorontalo bisa di bawah Rp5.000 per kg.
"Di sini ada gap antara harga di tingkat produsen di sentra-sentra produksi jagung dengan daerah-daerah pengguna, yaitu daerah sentra peternakan. Ini menjadi PR lama kita," katanya.
Awas Peternak Ayam Tutup
Edy mengingatkan, jika harga jagung terus tinggi, peternak rakyat bisa mengurangi populasi ayam atau bahkan menutup usaha, yang pada akhirnya mengerek harga telur lebih tinggi.
Ia mengusulkan dua langkah mitigasi, yakni dengan memperbaiki distribusi jagung dari daerah produsen ke daerah pengguna, serta pelepasan cadangan jagung pemerintah.
"Kalau masih ada mungkin bisa disalurkan khususnya untuk daerah-daerah yang merupakan sentra peternakan. Jadi sekalian untuk mengurangi cadangan jagung yang kalau terlalu lama disimpan kualitasnya jadi turun, juga untuk membantu dari teman-teman peternak dalam rangka juga mengendalikan harga protein yang relatif murah, yaitu telur ayam," pungkas Edy.
![]() Data kenaikan harga telur dan jagung mengutip paparan Deputi II Kantor Staf Presiden Bidang Perekonomian dan Pangan, Edy Priyono dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah, Senin (11/8/2025). (Tangkapan Layar Youtube/Kemendagri) |
(dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Gara-Gara Trump! AS Kena Getahnya, Krisis Telur Kian Parah
