Internasional

China Genjot Ekspor Habis-habisan Jelang Badai Tarif, "Meledak" 7,2%!

luc, CNBC Indonesia
07 August 2025 13:20
Sebuah kapal kargo terlihat di pelabuhan kontainer di kota Yantai di provinsi Shandong, China timur, Minggu, 30 Maret 2025. (Chinatopix Via AP) CHINA OUT
Foto: Sebuah kapal kargo terlihat di pelabuhan kontainer di kota Yantai di provinsi Shandong, China timur, Minggu, 30 Maret 2025. (AP/)

Jakarta, CNBC Indonesia - Di tengah kekhawatiran berakhirnya gencatan senjata tarif antara China dan Amerika Serikat, kinerja ekspor Negeri Tirai Bambu justru mencetak lonjakan tajam pada Juli 2025,

Berdasarkan data bea cukai yang dirilis Kamis (7/8/2025), ekspor China tumbuh sebesar 7,2% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Angka tersebut jauh di atas prediksi ekonom dalam jajak pendapat Reuters yang memperkirakan kenaikan hanya 5,4%.

Sementara itu, menurut data dari LSEG, impor China juga naik signifikan sebesar 4,1% secara tahunan, menjadikannya lonjakan tertinggi sejak Juli 2024. Ini menandai keberlanjutan pemulihan setelah pada Juni impor hanya naik tipis 1,1%.

Para analis sebelumnya justru memperkirakan impor akan turun 1%.

Secara kumulatif sejak awal tahun, ekspor China naik 6,1% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, sedangkan impor masih tercatat turun 2,7%.

Meski demikian, neraca perdagangan tetap menunjukkan kekuatan besar. Surplus dagang hingga akhir Juli tercatat mencapai US$683,5 miliar, atau 32% lebih tinggi dibandingkan periode yang sama pada 2024.

"Ekspor China sejauh ini telah memberikan dukungan yang sangat kuat bagi perekonomian tahun ini," kata Zhiwei Zhang, presiden sekaligus kepala ekonom di Pinpoint Asset Management, dilansir CNBC International.

Namun, ia memperingatkan bahwa dorongan dari strategi "front-loading" atau percepatan pengiriman barang oleh pelaku usaha kemungkinan tidak akan bertahan lama.

Di sisi lain, sinyal perlambatan mulai tampak di sektor manufaktur. Pada Juli, aktivitas pabrik China justru melemah secara mengejutkan ke titik terendah dalam tiga bulan terakhir.

Indeks Manajer Pembelian (PMI) manufaktur turun menjadi 49,3 dari sebelumnya 49,7 pada Juni, di bawah ekspektasi yang memperkirakan angka tetap di 49,7. Adapun angka di bawah 50 mencerminkan kontraksi.

Kondisi ini terjadi menjelang tenggat waktu penting, yakni gencatan senjata tarif antara China dan Amerika Serikat yang akan berakhir pada 12 Agustus.

Sejauh ini, belum ada kesepakatan antara negosiator dari kedua negara untuk memperpanjang atau mengubah struktur tarif yang bisa mencapai tiga digit, kondisi yang dapat memicu babak baru ketegangan perdagangan.


(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ekonomi China Kian Merana, Ekspor Jatuh Dihajar Perang Dagang Trump

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular