Swiss Mendadak Bikin RI Cuan, Mendag Ungkap Ini Resepnya

Martyasari Rizky, CNBC Indonesia
Senin, 04/08/2025 16:30 WIB
Foto: Menteri Perdagangan, Budi Santoso saat konferensi pers bersama Deregulasi Kebijakan Impor dan Deregulasi Kemudahan Berusaha di Auditorium Kementerian Perdagangan, Jakarta, Senin (30/6/2025). (YouTube/Kemendag)

Jakarta, CNBC Indonesia - Ekspor Indonesia terus menunjukkan tren positif di tengah tantangan global. Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso menyampaikan, neraca perdagangan Indonesia pada Juni 2025 kembali surplus sebesar US$ 4,10 miliar. Surplus ini memperpanjang catatan positif Indonesia selama 62 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.

"Secara kumulatif, neraca perdagangan Indonesia periode semester I-2025 adalah US$19,48 miliar atau lebih tinggi dibandingkan tahun lalu, yaitu US$15,58 miliar," ujar Budi dalam konferensi pers di Auditorium Kemendag, Jakarta, Senin (4/8/2025).

Selama semester I-2025, total ekspor Indonesia mencapai US$ 135,41 miliar, naik 7,70% secara kumulatif (CtoC) dibanding periode yang sama tahun lalu. Angka ini melebihi target pertumbuhan ekspor tahunan yang dipatok sebesar 7,10%.


"Kinerja ekspor nasional pada semester I-2025 telah menunjukkan perkembangan yang positif yang menjadi sinyal kuat bagi pencapaian target ekspor tahunan," tegas Budi.

Dari sisi negara tujuan, Swiss mencatatkan pertumbuhan ekspor tertinggi dari Indonesia pada semester I-2025, mencapai 111,20%.

"Kalau kita lihat negara tujuan ekspor ini dari top 20 besar ekspor kita yang mengalami pertumbuhan cukup tertinggi yaitu adalah Swiss," ungkap Budi.

Budi menjelaskan, Swiss merupakan bagian dari perjanjian perdagangan bebas EFTA (European Free Trade Association), yang mendukung peningkatan ekspor Indonesia ke kawasan tersebut.

"Swiss ini adalah bagian dari EFTA, European Free Trade Association, jadi kita mempunyai perjanjian dengan Swiss dan sekitarnya," ujarnya.

Selain Swiss, sejumlah negara lain juga mencatatkan pertumbuhan ekspor signifikan dari Indonesia:

  • Arab Saudi surplus 49,53%
  • Thailand surplus 45,20%
  • Bangladesh surplus 38,09%
  • Singapura surplus 28,95%

Secara kawasan, pertumbuhan ekspor tertinggi terjadi di Asia Tengah dengan lonjakan sebesar 92,78%, disusul:

  • Afrika Barat surplus 57,37%
  • Afrika Timur surplus 52,35%
  • Amerika Selatan surplus 48,76%
  • Afrika Selatan surplus 43,62%

Adapun komoditas nonmigas yang mencatat pertumbuhan ekspor tertinggi adalah Kakao dan olahannya surplus 129,86%; Kopi, teh, dan rempah-rempah surplus 86,50%; Timah dan barang daripadanya surplus 80,88%; Aluminium dan barang daripadanya surplus 74,35%; Berbagai produk kimia surplus 54,12%.


(wur)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Kemendag Sidak 62 Wilayah, Temuan Beras Oplosan Bikin Kaget