Ekspor RI ke AS Surplus Rp162 T, ke China Defisit Gegara Ini

Martyasari Rizky, CNBC Indonesia
Senin, 04/08/2025 14:53 WIB
Foto: Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso saat konferensi pers di Auditorium Kemendag, Jakarta, Senin (4/8/2025). (CNBC Indonesia/Martyasari Rizky)

Jakarta, CNBC Indonesia - Neraca perdagangan Indonesia kembali mencatatkan hasil positif. Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso mengungkapkan, pada Juni 2025, Indonesia mencatat surplus sebesar US$ 4,10 miliar atau setara Rp65,7 triliun (asumsi kurs Rp16.390/US$). Dengan begitu, tren surplus berlanjut selama 62 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.

"Secara kumulatif, neraca perdagangan Indonesia periode semester I-2025 adalah US$ 19,48 miliar atau lebih tinggi dibandingkan tahun lalu, yaitu US$ 15,58 miliar," kata Budi dalam konferensi pers di Auditorium Kemendag, Jakarta, Senin (4/8/2025).

Surplus tersebut terdiri dari surplus perdagangan Indonesia sebesar US$ 28,31 miliar dan defisit perdagangan migas sebesar US$ 8,83 miliar.


Total ekspor Indonesia selama semester I-2025 tercatat mencapai US$ 135,41 miliar atau naik 7,70% secara kumulatif dibanding periode yang sama tahun lalu. Peningkatan ekspor ini ditopang oleh ekspor non-migas yang tumbuh 8,96% menjadi US$ 128,39 miliar. Sementara ekspor migas justru turun 11,04% menjadi US$ 7,03 miliar.

"Kinerja ekspor nasional pada semester I-2025 telah menunjukkan perkembangan yang positif dan menjadi sinyal kuat bagi pencapaian target ekspor tahunan, target ekspor tahunan nasional kita 7,10% dan dalam semester I-2025 ini 7,70%," jelas Budi.

Secara negara, Amerika Serikat menjadi penyumbang surplus terbesar bagi Indonesia.

"Kalau kita lihat mitra dagang kita, atau surplus kita tertinggi adalah ke Amerika, yaitu menyumbang surplus yang tertinggi sampai semester 1 ini sebesar US$ 9,92 miliar (atau setara Rp162,6 triliun)," ujarnya.

"Ini pertanda bahwa produk-produk Indonesia masih punya daya saing, meskipun ini belum diberlakukan tarif resiprokal. Jadi nanti kita akan mendorong terus dan kita tentu akan berupaya setelah dilakukan beberapa tarif resiprokal ekspor kita tetap terus meningkat," lanjut Budi.

Surplus lainnya juga tercatat dari India sebesar 6,64%, Filipina 4,36%, Malaysia 3,67%, dan Vietnam 2,21%. Dari sisi kawasan, surplus Indonesia ke ASEAN tercatat sebesar US$ 9,6 miliar dan ke Uni Eropa sebesar US$ 3,8 miliar.

Namun, Indonesia juga mencatat defisit dengan sejumlah negara, salah satunya China.

"Kita mengalami beberapa defisit dengan negara lain, termasuk dengan China," kata Budi.

China-AS Pasar Terbesar RI

Dia menjelaskan, ekspor Indonesia ke China tetap tinggi, bahkan menjadi yang terbesar.

"Kalau kita lihat, defisit China ini sebenarnya adalah tujuan ekspor utama Indonesia, yaitu sebesar US$ 29,31 miliar, dan yang kedua adalah Amerika sebesar US$ 14,79 miliar, kemudian disusul India, Jepang, dan Malaysia," ungkapnya.

Adapun impor dari China sebagian besar berupa bahan baku dan modal.

"Tadi saya sampaikan kita mengalami defisit, tetapi apa yang kita impor? Sebenarnya yang kita impor adalah bahan baku dan penolong itu sebesar 71,38%; kemudian bahan modal 19,84%; dan bahan konsumsi 7,7%," jelas Budi.

Budi juga memaparkan tren pertumbuhan impornya. "Kalau kita lihat pertumbuhan impornya, bahan modal itu naik yang cukup signifikan 20,9%; bahan konsumsi turun 2,47%; kemudian bahan baku atau penolong naik 2,56%," terangnya.

"Artinya, bahan baku penolong dan bahan modal ini untuk proses industri. Sehingga dengan demikian, proses industri di dalam negeri berjalan dengan baik," pungkas dia.


(dce)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Harga Beras Naik Bikin Inflasi Juli 2025 Tembus 2,37% (yoy)