Timur Tengah Membara! Israel Mendadak Bombardir Negara Arab Ini Lagi
Jakarta, CNBC Indonesia - Ketegangan di perbatasan Lebanon-Israel kembali meningkat setelah serangkaian serangan udara Israel pada Kamis (31/7/2025) malam waktu setempat menewaskan empat orang di Lebanon bagian selatan dan timur. Pernyataan resmi dari Kementerian Kesehatan Lebanon yang dirilis Jumat (1/8/2025) mengonfirmasi jumlah korban jiwa akibat serangan tersebut.
"Serangkaian serangan yang dilancarkan oleh musuh Israel pada Kamis malam menyebabkan tewasnya empat orang," demikian pernyataan Kementerian Kesehatan Lebanon, dilansir AFP.
Militer Israel mengeklaim bahwa mereka menargetkan infrastruktur milik kelompok Hizbullah yang digunakan untuk "memproduksi dan menyimpan senjata strategis" di wilayah Lebanon selatan dan Lembah Bekaa di bagian timur negara itu.
Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, menjelaskan bahwa salah satu target utama serangan tersebut adalah lokasi yang diklaim sebagai "pabrik rudal presisi terbesar milik Hizbullah". Ia menegaskan bahwa serangan tersebut merupakan bagian dari strategi Israel untuk mencegah kebangkitan kelompok bersenjata tersebut setelah hampir dua bulan konflik terbuka tahun lalu.
"Setiap upaya dari organisasi teroris ini untuk pulih, membangun kembali kekuatan, atau mengancam akan kami hadapi dengan intensitas tanpa ampun," kata Katz dalam pernyataannya.
Meskipun gencatan senjata yang diberlakukan sejak November 2024 secara resmi masih berlaku, Israel terus melakukan serangan udara hampir setiap hari terhadap sasaran-sasaran yang mereka sebut terkait Hizbullah. Serangan terbaru ini menunjukkan bahwa ketegangan belum benar-benar surut dan potensi eskalasi masih sangat besar.
Konflik antara Israel dan Hizbullah meletus tahun lalu dan berlangsung selama dua bulan penuh sebelum dihentikan oleh perjanjian gencatan senjata. Gencatan tersebut menetapkan bahwa Hizbullah harus menarik pasukannya ke utara Sungai Litani, sekitar 30 kilometer dari perbatasan Israel.
Di sisi lain, Israel diwajibkan menarik pasukannya dari seluruh wilayah Lebanon, meskipun hingga kini Israel masih mempertahankan kehadiran militer di lima area yang mereka anggap strategis.
Di tengah ketegangan ini, Presiden Lebanon Joseph Aoun menyampaikan pidato pada Kamis yang menyoroti tekanan internasional terhadap negaranya, khususnya dari Amerika Serikat, untuk melucuti senjata Hizbullah. Meskipun langkah tersebut menuai protes dari Hizbullah sendiri, Aoun menegaskan komitmennya untuk melangkah maju.
"Saya bertekad untuk melucuti Hizbullah dari persenjataannya," kata Aoun, menyadari bahwa langkah tersebut dinilai oleh kelompok tersebut sebagai cara untuk memenuhi agenda Israel.
(luc/luc)