Dihantam "Bom" Terbesar AS, Iran Beri Respons Begini
Jakarta, CNBC Indonesia - Iran mengecam keras langkah Amerika Serikat (AS) yang menjatuhkan sanksi baru terhadap lebih dari 115 individu, entitas, dan kapal yang terkait sektor minyak dan petrokimia. Teheran menyebut tindakan itu sebagai bentuk permusuhan terbuka terhadap rakyat Iran, di tengah meningkatnya ketegangan di kawasan.
"Tindakan ini adalah bukti nyata permusuhan para pembuat keputusan Amerika terhadap rakyat Iran," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Esmail Baqaei, dalam pernyataan tertulis pada Kamis (31/7/2025), seperti dikutip Newsweek.
Baqaei menegaskan bahwa rakyat Iran akan tetap bersatu melawan tekanan asing dan tidak akan membiarkan hak-haknya dirampas oleh sanksi sepihak.
Teheran menanggapi keras sanksi tersebut dengan menyebutnya sebagai upaya sistematis untuk melumpuhkan ekonomi Iran dan melemahkan kedaulatannya. Baqaei menyebut AS mengalami "kecanduan kronis terhadap unilateralisme" dan menggunakan tekanan ekonomi sebagai alat politik yang melanggar hukum internasional.
Sanksi tersebut diumumkan Departemen Luar Negeri AS pada Rabu (30/7/2025), sebagai bagian dari lanjutan kebijakan "tekanan maksimum" yang diarahkan untuk memutus sumber pendapatan utama Teheran.
Sanksi ini menyasar jaringan luas perdagangan minyak Iran yang dituduh menyelundupkan miliaran dolar pendapatan minyak dan petrokimia melalui jalur gelap, terutama ke China. Pemerintah AS menyebut jaringan ini dikendalikan oleh Mohammad Hossein Shamkhani, putra dari penasihat senior Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei.
Sanksi mencakup 20 perusahaan minyak, lima perusahaan manajemen kapal, satu pedagang grosir, serta puluhan individu di 17 negara dan wilayah seperti Inggris, Italia, Swiss, India, Uni Emirat Arab, dan Hong Kong. Washington menuding jaringan ini menggunakan perusahaan cangkang, paspor asing, dan taktik maritim tersembunyi untuk menghindari pembatasan. Aset-aset terkait di AS dibekukan dan akses ke sistem keuangan Amerika diblokir.
"Tindakan Departemen Luar Negeri hari ini diambil sesuai dengan Perintah Eksekutif 13846 yang menargetkan sektor perminyakan dan petrokimia Iran. Ini menandai putaran kesebelas sanksi sejak Presiden mengeluarkan Memorandum Keamanan Nasional pada 4 Februari 2025," ujar juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Tammy Bruce.
Langkah ini muncul sebulan setelah AS dan Israel disebut melancarkan serangan terkoordinasi terhadap infrastruktur nuklir Iran, yang semakin memperburuk hubungan kedua negara. Dalam situasi diplomasi yang terhenti, Iran justru mempererat kerja sama strategisnya dengan Rusia dan China, memperdalam pembelahan geopolitik global.
Sejumlah analis memperingatkan bahwa sanksi ini dapat memperkeruh situasi pasar energi global serta memperkecil peluang negosiasi nuklir. Dengan tekanan ekonomi yang meningkat dan respons keras dari Teheran, hubungan AS-Iran kembali memasuki fase krisis yang berpotensi berlarut-larut.
(luc/luc)