4 Perusahaan Smelter Nikel di Sulawesi Setop Operasi, Ini Daftarnya

Verda Nano Setiawan, CNBC Indonesia
31 July 2025 08:45
Presiden Jokowi Resmikan Pabrik Smelter Nikel PT. GNI, Kab. Konawe, 27 Desember 2021
Foto: Presiden Jokowi Resmikan Pabrik Smelter Nikel PT. GNI, Kab. Konawe, 27 Desember 2021

Jakarta, CNBC Indonesia - Baru-baru ini empat perusahaan smelter nikel di Sulawesi dikabarkan telah menghentikan operasinya. Hal ini imbas harga nikel yang melemah karena adanya kondisi oversupply.

Dewan Penasihat Pertambangan Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI), Djoko Widajatno membeberkan salah satu dari keempat smelter tersebut adalah PT Huadi Nickel Alloy Indonesia (HNAI) yang berbasis di Kawasan Industri Bantaeng, Sulawesi Selatan. Perusahaan resmi menyetop aktivitas produksinya sejak 15 Juli 2025.

"Sejak kapan dan berapa banyak pekerja terdampak? Per 15 Juli 2025, operasi HNAI dihentikan tanpa batas waktu yang ditentukan," ungkap Djoko kepada CNBC Indonesia, Kamis (31/7/2025).

Menurut Djoko, Serikat Buruh Industri Pertambangan dan Energi (SBIPE) melaporkan bahwa sebanyak 1.200 karyawan terdampak akibat penghentian operasi HNAI beserta tiga anak usahanya. Diantaranya seperti PT H Wuzhou, PT H Yatai, dan PT H Yatai II.

"Dimulai sejak 1 Juli 2025 (350 pekerja dirumahkan tanpa surat resmi) dan sisanya mendapatkan memo sejak 15 Juli 2025. Selain itu, proses perumahan atau "break" terus terjadi sejak akhir 2024 hingga pertengahan," ujarnya.

Djoko menyebut pemerintah daerah melalui Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kabupaten Bantaeng telah mengkonfirmasi penghentian operasi HNAI dan karyawan diminta menunggu kejelasan nasib mereka tanpa batas waktu yang ditentukan.

Namun demikian, manajemen HNAI membantah telah melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) massal. Mereka menyebut kabar tersebut sebagai hoaks dan menyatakan siap menempuh jalur hukum terhadap pihak yang menyebarkan informasi menyesatkan.

Djoko memerinci, setidaknya sebanyak empat smelter nikel di Indonesia telah menghentikan operasional produksinya, berikut daftarnya:

1. PT GNI (Gunbuster Nickel Industry), faktor utama penghentian produksi karena harga rendah, konflik sosial, dan listrik mahal.

2. PT HNAI (Huadi Nickel Alloy Indonesia), faktor utama penghentian produksi karena harga nikel turun dan permintaan stagnan.

3. PT ITSS (Indonesia Tsingshan Stainless Steel), faktor utama penghentian produksi karena tekanan oversupply dan tekanan pasar baja.

4. PT VDNI (Virtue Dragon Nickel Industry), faktor utama penghentian produksi efisiensi kapasitas dan transisi ke HPAL, sehingga keuntungan perusahaan menurun lalu berakibat mereka menghentikan dan sebagian menurunkan Line productionnya.


(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Peneliti Ungkap Peran Strategis Bahlil dalam Keberhasilan Hilirisasi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular