RI Merdeka Polusi, Begini Deret Efek Dahsyatnya
Jakarta, CNBC Indonesia - Polusi udara telah memicu kerugian multidimensi bagi Indonesia. Tak lagi hanya masalah kesehatan, termasuk memicu kematian dini. Tapi juga secara ekonomi, tak luput masalah daya saing suatu wilayah.
Deputi Bidang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup / Badan Pengendalian Lingkungan (KLH/ BPLH) Rasio Ridho Sani mengatakan, polusi udara yang disebabkan berbagai faktor, mulai dari emisi kendaraan, industri, hingga berkaitan aerosol sekunder, menyebabkan kerugian lebih dari Rp44 triliun. Itu baru hanya di Jakarta, yang disebutnya sekitar 22% dari PDB Jakarta.
"Kita juga bisa melihat bagaimana penurunan udara berdampak terhadap kesehatan masyarakat kita, berkontribusi terhadap kematian dini, kemudian juga gangguan kesehatan pernafasan yang sangat serius, di mana beban dari biaya kesehatan dalam konteks respirasi ini lebih pada 13 triliun," katanya dalam Merdeka Polusi dengan tema "Solusi Menekan Biaya Ekonomi Dampak Polusi Udara", Rabu (30/7/2025).
"Angka ini akan semakin meningkat, dan ini akan terus meningkat apabila kita tidak tangani dengan sangat-sangat serius," tukasnya.
Saat ini, imbuh dia, adalah momentum besar untuk mengatasi persoalan polusi udara di Indonesia.
"Kami mengharapkan forum Merdeka Polusi ini yang membebaskan kita dari polusi ini, termasuk dalam upaya kita mewujudkan hak setiap orang untuk mendapatkan kehidupan yang baik dan sehat. Ini merupakan amanat konstitusi yang harus kita perjuangkan bersama-sama," katanya.
"Apabila kita bisa berhasil merdeka dari polusi, maka tidak hanya bisa meningkatkan tingkat kesehatan masyarakat dengan menciptakan dan mewujudkan hak setiap orang yang mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat, tapi juga kita akan mampu mendorong daya saing industri kita," ucap Ridho Sani.
Termasuk, sambungnya, jika Indonesia kemudian berhasil menghadirkan bahan bakar yang ramah lingkungan.
"Maka kita akan menghadirkan industri-industri otomotif Indonesia yang punya daya saing yang tinggi untuk di pasar-pasar global," sebutnya.
"Kenapa? Karena kita menciptakan teknologi kendaraan yang dibutuhkan di pasaran global. Karena pasaran global itu teknologinya adalah teknologi yang ramah lingkungan. Ada Euro 6, Euro 7. Sekarang ada kendala buat industri kita karena bahan bakar di Indonesia tersedia masih di bawah Euro 4, mungkin Euro 2," ujar Ridho Sani.
Belum lagi, tambahnya, Merdeka Polusi akan menciptakan daya saing kawasan-kawasan industri di Indonesia.
"Daya saing kota-kota kita, khususnya kota-kota besar Indonesia, baik untuk kegiatan industri,kegiatan perekonomian, termasuk juga kegiatan pariwisata," tutupnya.
(dce/dce)