Jimly Puji Pidato Peradaban SBY: It's Really a Great Lecture

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
Rabu, 30/07/2025 16:04 WIB
Foto: Profesor Jimly Asshiddiqie. (Dokumentasi pribadi)

Jakarta, CNBC Indonesia - Institut Peradaban mengundang Presiden ke-6 Republik Indonesia Profesor Susilo Bambang Yudhoyono untuk berpidato dalam forum dialog kebangsaan di Auditorium Menara Bank Mega, Jakarta Selatan, Rabu (30/7/2025). Dalam kesempatan itu, SBY menyampaikan pidato bertajuk "World Disorder and The Future of Our Civilization".



Pembina Yayasan Institut Peradaban Profesor Jimly Asshiddiqie menjelaskan, Institut Peradaban adalah sebuah lembaga yang diniatkan ikut berperan dalam perjalanan bangsa ke arah peradaban yang lebih tinggi menyelenggarakan forum pidato peradaban. Melalui forum ini, Institut Peradaban ingin mengirim pesan bahwa masih ada ruang untuk merajut dialog.

"Masih ada cahaya untuk menerangi kegelapan konflik. Jangan biarkan perang dan kehancuran menjadi takdir. Biarkanlah dialog menjadi pilihan, agar peradaban yang
telah kita bangun selama ini bisa terwariskan," kata Jimly seperti dikutip dari siaran pers.

Saat SBY berpidato, beberapa menteri dan tokoh nasional serta tamu undangan lainnya, termasuk beberapa perwakilan kedutaan negara sahabat yang hadir dalam acara ini mendengarkan dan menyimak ide pemikiran serta gagasannya terkait tentang gejala "the world disorder", tatanan dunia yang bergejolak, yang penting diantisipasi oleh kita semua dengan segala akibatnya dalam dinamika peradaban umat manusia, di mana Indonesia, mau tidak mau terlibat aktif di dalamnya.

"Peradaban Indonesia maju sebagai bagian dari peradaban dunia yang berkembang, haruslah terus terlibat aktif dalam agenda kemanusiaan global. Pidato SBY sangat menarik dan menginspirasi semua pihak untuk berbuat sesuatu yang semakin baik untuk masa depan," ujar Jimly.

Lukisan sebagai Sarana Diplomasi
Hal menarik lainnya saat berpidato kebangsaan, nampak pula dipamerkan dua lukisan karya SBY di dalam auditorium seolah mendampingi sang empunya, yang memaknai isi dari pidato itu, yakni "Stop War, United For Peace" dan "Peace With Nature".

Banyak pihak meyakini bahwa lukisan, tidak hanya bisa dinikmati sebagai suatu karya seni yang indah saja tetapi lebih dari itu, lukisan bisa menjadi alat diplomasi. Saat politik dunia dipenuhi ketegangan, seperti sekarang ini, seni bisa dijadikan sebagai alat diplomasi penting. Agar suasana bisa jadi lebih cair dan sudut pandang menjadi lebih lembut.

SBY berbicara soal Peradaban
SBY dalam pidatonya berbicara soal peradaban dan faktor penyebab runtuhnya peradaban yang perlu diperhatikan dalam kondisi dunia saat ini. Menurutnya, negara yang kuat bisa mengalami keruntuhan jika pemimpinnya menempatkan diri di atas hukum dan rakyat.


"Satu abad terakhir, kita kerap menyaksikan negara kuat jatuh, saya ulangi, negara kuat jatuh lantaran pemimpinnya meletakkan dirinya di atas pranata hukum, di atas sistem yang adil, dan di atas kesetiaan sejati terhadap negara dan rakyatnya," kata SBY.

"Jadi saudara-saudara, sejarah dan pemikiran para tokoh peradaban tadi memberi kita pelajaran penting. Bahwa daya tahan peradaban bukan ditentukan oleh kejayaan atau senjata. Tetapi oleh kematangan nilai, ketangguhan sosial, dan kapasitas untuk beradaptasi secara cerdas dan bermoral. Mereka yang bertahan bukanlah yang paling kuat secara fisik, tapi yang paling mampu mengelola perubahan," lanjutnya.

Ucapan terima kasih
Jimly menaruh hormat yang tinggi kepada SBY yang telah berhasil memimpin pemerintahan Indonesia pascareformasi dengan gemilang, dan berhasil menghantarkan transisi yang mulus kepada pemerintahan selanjutnya, kepemimpinan Presiden ke-7 RI Joko Widodo (2014-2024).

SBY berhasil mengakhiri tugas pengabdiannya dengan 'husnul khotimah' dan terus berkarya melalui kesenian, warisan-warisan kebudayaan, dan pemikiran-pemikiran kebangsaan, serta peranserta aktif dalam mempromosikan kebijakan perubahan iklim dan kesadaran akan pentingnya lingkungan hidup yang sehat, serta kampanye kemanusiaan untuk perdamaian dunia yang berkeadilan.

Dalam pidatonya SBY tadi, seperti pernah terjadi pada pertengahan abad ke-20 yang lalu, setelah Perang Dunia ke-I, Great Depression pada tahun 1930-an, dan dilanjutkan Perang Dunia ke-III pada tahun 1940-an yang berakhir dengan terjadinya "big-bank change in the human history", maka menuju pertengahan abad ke-21 nanti, besar kemungkinan akan terjadi lagi "another big-bank change in the world history" yang harus diantisipasi.

"Mari kita mempersiapkan dengan segala langkah yang terukur untuk kepentingan peradaban Indonesia maju di tengah dinamika ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian yang abadi dan keadilan sosial," ujar Jimly.

Institut Peradaban, lanjut dia, berterima kasih kepada SBY yang telah hadir memenuhi undangan Institut Kebangsaan dalam forum pidato kebangsaan yang menginspirasi banyak orang utamanya terkait dengan gejala "the world disorder", tatanan dunia yang bergejolak.

Kepada para menteri yang hadir dan para perwakilan kedutaan besar negara sahabat serta tamu undangan lainnya para tokoh nasional. Tidak terkecuali kepada Bank indonesia, PNM, Aqua, Danone, HK, Pelindo, PlN dan PT PAL yang turut menyukseskan acara tersebut.

"Kepada Pak SBY, mari kita sama-sama ucapkan terima kasih atas pidatonya yang sangat inspiratif untuk khalayak yang luas, baik yang hadir di sini maupun yang akan menyaksikan melalui pemberitaan-pemberitaan yang luas sesudah ini. Pak SBY, it's really a great lecture. Kami juga ucapkan terima kasih kepada para pendukung seperti," kata Jimly.


(miq/miq)
Saksikan video di bawah ini:

Video: SBY Rilis Lagu "Save Our World" di Tengah Krisis Iklim Global