Boeing Sudah Kirim 1 Pesawat ke Garuda, Sisa 49 Unit Tiba di 2030

Arrijal Rachman , CNBC Indonesia
29 July 2025 14:05
Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala BKPM, Rosan Roeslani saat menyampaikan konferensi pers Capaian Realisasi Investasi Triwulan II dan Semester I Tahun 2025. (Tangkapan Layar Youtube/ Kementerian Investasi dan Hilirisasi - BKPM)
Foto: Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala BKPM, Rosan Roeslani saat menyampaikan konferensi pers Capaian Realisasi Investasi Triwulan II dan Semester I Tahun 2025. (Tangkapan Layar Youtube/ Kementerian Investasi dan Hilirisasi - BKPM)

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Investasi dan Hilirisasi atau Kepala BKPM Rosan Perkasa Roeslani mengungkapkan, 50 pesawat Boeing yang akan dibeli PT Garuda Indonesia sebetulnya bukan diskusi baru yang muncul saat negosiasi tarif resiprokal Presiden AS Donald Trump dengan pemerintah Indonesia.

Ia bilang, jauh sebelum periode Covid-19, Garuda dan Boeing sudah menjalin pembicaraan untuk membeli 50 unit pesawat. Namun, dalam pembicaraan itu, baru satu pesawat yang telah terkirim, sedangkan sisanya ditagihkan oleh Boeing dan pemerintah AS terkait pembeliannya selama masa negosiasi tarif dagang resiprokal Trump.

"Sebetulnya kesepakatan itu antara Boeing dan Garuda itu sudah ada sebelum Covid, pembelian 50 pesawat Boeing itu. Yang sudah terkirim itu baru satu, jadi 49 yang kurang," kata Rosan saat ditemui di kantornya, Jakarta, Selasa (29/7/2025).

"Nah, dalam hal ini mereka pun sudah bertemu antara Garuda dan Boeing, serta bertemu juga dengan kami untuk membicarakan ini kelanjutannya seperti apa," tegasnya.

Oleh sebab itu, Rosan memastikan kesepakatan yang menjadi bagian dari negosiasi tarif itu bukan barang baru. Namun, periode pengirimannya saja yang memang akan membutuhkan waktu lama, karena Boeing baru bisa memenuhi pengiriman pesawat barunya ke Garuda pada 2031-2032.

Selama masa tunggu pengiriman itu, Rosan mengaku telah meminta Garuda Indonesia untuk memanfaatkan pesawat-pesawat yang selama ini tidak diterbangkan, karena Danantara yang ia pimpin juga telah menyuntikkan dana senilai US$ 400 juta lebih supaya Garuda mampu menerbangkan pesawat-pesawatnya yang masih terus grounded itu.

"Karena banyak sekali pesawat dari Citilink maupun Garuda yang sudah di-grounded, di-grounded tidak bisa terbang. Padahal kita tetap bayar leasing-nya. Nah, itu kita bilang di-benerin dulu supaya mereka bisa terbang. Karena sekarang Garuda average terbang pesawatnya itu per jam, per hari baru 5 jam. Idealnya 12 jam," tutur Rosan.

Sambil menunggu periode pengiriman 6-7 tahun terhadap 49 pesawat yang telah disepakati untuk dibeli sejak sebelum Covid-19, Rosan mengatakan, telah meminta manajemen Garuda untuk juga melakukan negosiasi ulang untuk memperbarui syarat dan ketentuan kerja sama transaksi pembelian itu.

"Nah, inilah yang ingin saya sampaikan, jadi kita akan selalu honor komitmen yang kita ada. Kita komitmen untuk beli 50, dan itu sudah ada, sudah ditandatangani. Nah, tapi mungkin kita akan coba renego lagi dari term and condition-nya yang lebih baik," ujar Rosan.


(arj/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Bos Danantara Bocorkan Potensi Kerja Sama Boeing Dengan Garuda

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular