Foto Internasional

Banjir Bandang China Ngeri, Patahkan Jalan-Sapu Kendaraan

Reuters, CNBC Indonesia
Selasa, 29/07/2025 06:40 WIB

Pemerintah China mengeluarkan peringatan dini terkait meningkatnya risiko bencana alam akibat intensitas curah hujan yang ekstrem.

1/5 Hujan deras kembali melanda wilayah Beijing dan sekitarnya pada Senin (28/7/2025), memicu banjir dan longsor yang memaksa lebih dari 4.000 warga mengungsi. (REUTERS/Florence Lo)

Hujan deras kembali melanda wilayah Beijing dan sekitarnya pada Senin (28/7/2025), memicu banjir dan longsor yang memaksa lebih dari 4.000 warga mengungsi. (REUTERS/Florence Lo)

2/5 Hujan deras kembali melanda wilayah Beijing dan sekitarnya pada Senin (28/7/2025), memicu banjir dan longsor yang memaksa lebih dari 4.000 warga mengungsi. (REUTERS/Florence Lo)

Pemerintah China mengeluarkan peringatan dini terkait meningkatnya risiko bencana alam akibat intensitas curah hujan yang ekstrem. (REUTERS/Florence Lo)

3/5 Hujan deras kembali melanda wilayah Beijing dan sekitarnya pada Senin (28/7/2025), memicu banjir dan longsor yang memaksa lebih dari 4.000 warga mengungsi. (REUTERS/Florence Lo)

Hujan lebat mengguyur wilayah barat laut Beijing, terutama kawasan Miyun, menyebabkan banjir bandang dan tanah longsor yang merendam sejumlah desa. (REUTERS/Florence Lo)

4/5 Hujan deras kembali melanda wilayah Beijing dan sekitarnya pada Senin (28/7/2025), memicu banjir dan longsor yang memaksa lebih dari 4.000 warga mengungsi. (REUTERS/Florence Lo)

Tingginya intensitas curah hujan dalam beberapa tahun terakhir di China bagian utara yang secara historis cenderung kering meningkatkan risiko bencana hidrometeorologi di kota-kota padat penduduk seperti Beijing. (REUTERS/Florence Lo)

5/5 Hujan deras kembali melanda wilayah Beijing dan sekitarnya pada Senin (28/7/2025), memicu banjir dan longsor yang memaksa lebih dari 4.000 warga mengungsi. (REUTERS/Florence Lo)

Fenomena cuaca ekstrem ini merupakan bagian dari pola musim hujan Asia Timur (East Asian Monsoon) yang juga telah mengganggu aktivitas ekonomi di negara dengan PDB terbesar kedua di dunia ini. (REUTERS/Florence Lo)