Internasional

Fakta Baru Kecelakaan Pesawat Jeju Air di Korsel, Bukan Cuma Burung

Thea Fathanah Arbrar, CNBC Indonesia
28 July 2025 21:30
Asap hitam keluar dari pesawat Jeju Air bernomor penerbangan 7C2216 saat keluar dari landasan pacu sebelum jatuh di Bandara Internasional Muan di Muan, Korea Selatan, 29 Desember 2024 dalam tangkapan layar yang diperoleh dari video. (Lee Geun-young/via REUTERS)
Foto: Jeju Air sebelum kecelakaan di Bandara Internasional Muan di Muan, Korea Selatan, 29 Desember 2024 lalu. (Lee Geun-young via REUTERS/Lee Geun-young)

Jakarta, CNBC Indonesia - Laporan investigasi terbaru soal kecelakaan pesawat Jeju Air Boeing 737-800 diumumkan Senin (28/7/2025). Dilaporkan bahwa salah satu mesin pesawat,m yang mengalami kerusakan lebih ringan setelah tabrakan dengan burung, masih dapat menghasilkan daya dan tetap menyala sebelum pesawat jatuh.

Hal ini disampaikan dalam pembaruan investigasi oleh Badan Investigasi Kecelakaan Penerbangan dan Kereta Api Korea Selatan (ARAIB) yang dikutip oleh Reuters. Dalam dokumen investigasi bertanggal 19 Juli yang belum dirilis resmi ke publik, disebutkan bahwa mesin kiri yang sebenarnya "mengalami kerusakan lebih ringan" dimatikan 19 detik setelah insiden tabrakan burung.

"Sebaliknya, mesin kanan yang mengalami kerusakan lebih serius justru tetap menyala dan terkonfirmasi menghasilkan daya yang cukup untuk terbang," tulis penyelidik.

"Namun, kru justru mematikan mesin kiri yang relatif lebih sehat, memunculkan kekhawatiran bahwa kesalahan manusia mungkin berperan dalam kecelakaan tersebut," tambah laporan itu.

Sumber yang hadir dalam pengarahan kepada keluarga korban juga membenarkan informasi ini. Ia menyatakan bahwa penyelidik mengakui mesin kiri juga sempat mengalami gangguan berupa lonjakan (surge) namun tidak seberat mesin kanan.

"Kru kemungkinan mematikan mesin berdasarkan persepsi kondisi darurat yang tidak utuh," kata sumber tersebut.

Serikat pilot Jeju Air menyampaikan kritik tajam terhadap ARAIB. Mereka menuding lembaga tersebut menyesatkan publik dengan menyimpulkan tidak ada masalah pada mesin kiri.

Mereka menuntut transparansi penuh dalam investigasi. Termasuk pembukaan data dari kotak hitam dan kondisi sistem mesin secara keseluruhan.

Jeju Air sendiri menyatakan tengah bekerja sama penuh dengan otoritas investigasi. Maskapai masih menunggu laporan final.

"Kami menghormati proses investigasi dan akan menindaklanjuti semua rekomendasi keselamatan yang dikeluarkan," kata juru bicara perusahaan.

ARAIB sendiri menyebut laporan akhir baru akan dirilis pada Juni tahun depan. Sementara itu, permintaan keluarga korban agar dokumen 19 Juli tidak dirilis secara publik menunjukkan ketegangan yang masih menyelimuti proses investigasi.

Di sisi lain, investigasi juga menyoroti faktor lingkungan bandara. Tanggul beton di ujung landasan pacu yang menghentikan laju pesawat dan memicu ledakan dinilai tak sesuai standar keselamatan.

Kementerian Perhubungan Korsel mengakui bahwa tujuh bandara domestik, termasuk Bandara Muan, masih menggunakan struktur keras untuk penempatan alat navigasi. Padahal seharusnya ini menggunakan material yang mudah hancur saat terjadi benturan.

"Desain untuk struktur pengganti yang sesuai standar internasional sedang kami siapkan," ujar pejabat Kementerian Perhubungan.

Pesawat sendiri jatuh saat melakukan pendaratan darurat di Bandara Muan setelah mengalami bird strike alias tabrakan dengan kawanan burung. Tragedi itu menewaskan 179 dari 181 orang di dalamnya, menjadikannya kecelakaan penerbangan paling mematikan di tanah Korsel dalam beberapa dekade terakhir.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Fakta! Kecelakaan Pesawat Dunia Meningkat Tapi Penyebab Tak Diungkap

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular