
'Rojali' Cuma Lihat-Lihat dan Makan di Mal, Beli Barangnya di Online

Jakarta, CNBC Indonesia - Pengusaha merespons soal fenomena rombongan jarang beli (Rojali) yang sedang marak di mal-mal Indonesia. Ketua Umum Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (HIPPINDO) Budihardjo Iduansjah mengatakan fenomena ini memang sudah terjadi sejak pandemi Covid-19, di mana ada perubahan pola belanja masyarakat di Indonesia.
"Fenomena ini sudah terjadi sejak Covid-19, di mana mereka saat itu tidak bisa berkunjung ke mal, dan ini terus berlanjut setelah Covid-19 selesai. Tapi kami sudah tahu akan kondisi ini. Kami sudah antisipasi dulu, tidak lihat-lihat kondisinya baru kami bergerak," kata Budi dalam konferensi pers di Gedung Smesco, Rabu (23/7/2025).
Pihaknya juga telah melakukan upaya antisipasi untuk mencegah dampak dari berlanjutnya fenomena ini.
"Jadi kami sudah mengeluarkan effort untuk menggerakkan ekonominya sebelum ada fenomena ini. Contoh kita berikan apresiasi ke ritel yang bisa membantu UMKM," ujar Budi.
Budi menambahkan, konsumen kini lebih banyak berkunjung ke mall untuk sekadar bertemu rekan dan makan-minum di restoran bersama rekan dan keluarganya, sehingga toko fisik yang besar sudah tidak relevan lagi.
"Jadi memang sekarang behavior-nya konsumen tuh ya kebanyakan hanya lihat-lihat barang, dan nanti kalau lelah mampir ke restoran atau tempat makan gitu. Habis makan ya dia nggak beli di toko, tapi belinya di online. Nah, akhirnya kami jualan online juga sekarang," ungkapnya.
![]() Suasana pengunjung di Pusat Perbelajan Kota Kasablanka, Jakarta, Kamis (26/6/2025). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman) |
"Intinya, mall itu sekarang hanya showroom saja, mereka tetap bakal ke tempat makan, ya untuk melepas lelah setelah lihat-lihat," tambahnya.
Budi menambahkan untuk menanggulangi fenomena ini, Ia lebih memilih untuk menciptakan daya beli melalui penciptaan lapangan kerja, ketimbang hanya membuka toko baru.
"Sebenarnya, kita harus menciptakan daya beli, menciptakan lapangan kerja. Jadi bukan lagi berlomba-lomba bikin toko atau buka toko baru di mal, sudah tidak relevan itu," ujarnya.
Tak hanya itu saja, Ia juga mendukung langkah pemerintah yang bakal menerapkan pajak bagi toko online.
"Kami saingannya sama toko online yang tidak bayar pajak (PPN). Karena kami sudah bayar PPN, PPh, dan lain-lain. Sehingga kami sangat mendukung pajak untuk online. Jadi tidak ada cerita yang bayar pajak, ada yang nggak bayar pajak," terangnya.
(chd/wur)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Warga RI Makin 'Demen' Belanja Online, Nilainya Ribuan Triliun
