Mal RI Diserbu 'Rohana' dan 'Rojali', Pengusaha Teriak

Martyasari Rizky, CNBC Indonesia
23 July 2025 17:36
Suasana pengunjung di Pusat Perbelajan Kota Kasablanka, Jakarta, Kamis (26/6/2025). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)
Foto: Suasana pengunjung di Pusat Perbelajan Kota Kasablanka, Jakarta, Kamis (26/6/2025). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)

Jakarta, CNBC Indonesia - Tak hanya 'Rojali' atau rombongan jarang beli, pusat perbelanjaan juga kedatangan 'Rohana' alias rombongan hanya nanya. Fenomena ini dianggap lumrah oleh pengelola mal, namun tetap berdampak pada penurunan omzet pusat perbelanjaan secara keseluruhan.

Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI), Alphonzus Widjaja menilai aktivitas pengunjung yang sekedar bertanya-tanya atau menawar tanpa membeli adalah hal yang wajar dalam transaksi di pusat perbelanjaan konvensional.

"Saya kira di pusat perbelanjaan itu kan sifatnya adalah offline. Kalau offline itu kan pasti terjadi interaksi, tawar-menawar, nanya harga dan sebagainya. Saya kira itu umum, hal-hal yang wajar lah begitu," ujar Alphonzus saat ditemui di Pusat Grosir Cililitan (PGC) Jakarta, Rabu (23/7/2025).

Ia menjelaskan, keberadaan rohana justru mencerminkan fungsi pusat perbelanjaan yang lebih luas, tidak hanya sekedar tempat jual beli, melainkan juga sebagai sarana hiburan dan edukasi.

"Fenomena rohana ini juga karena salah satunya faktor daripada fungsi pusat belanja. Fungsi pusat belanja itu kan bukan cuma sekedar belanja, ada faktor edukasi, ada faktor entertainment-nya, ya hiburan dan sebagainya. Jadi inilah yang menyebabkan selalu ada fenomena rojali dari waktu ke waktu. Karena tadi, fungsi pusat belanja bukan hanya sekedar belanja," jelasnya.

Meski tidak mempermasalahkan kehadiran pengunjung yang hanya bertanya atau melihat-lihat, Alphonzus mengakui bahwa tren ini berdampak pada performa penjualan tenant di mal. Ia menyebut omzet ritel mengalami penurunan akibat pergeseran pola belanja masyarakat.

Suasana pengunjung di Pusat Perbelajan Kota Kasablanka, Jakarta, Kamis (26/6/2025). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)Foto: Suasana pengunjung di Pusat Perbelajan Kota Kasablanka, Jakarta, Kamis (26/6/2025). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)
Suasana pengunjung di Pusat Perbelajan Kota Kasablanka, Jakarta, Kamis (26/6/2025). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)

"Pasti (ada penurunan omzet), karena kan sekarang masyarakat kelas menengah bawah cenderung beli barang atau produk yang harga satuannya, atau unit price-nya murah. Itu terjadi penurunan, pasti. Karena kan tadi, harganya kan belinya cenderung produk-produk yang harganya satuannya murah," ungkap dia.

APPBI memperkirakan pertumbuhan pusat belanja secara nasional pada tahun 2025 masih akan positif, meski tidak sekuat harapan awal. Pertumbuhannya diperkirakan hanya mencapai satu digit atau di bawah 10%.

"APPBI memprediksi tahun 2025 ini tetap tumbuh dibandingkan tahun lalu. Tumbuhnya, tapi tidak signifikan. Paling single digit. Single digit artinya kurang dari 10%. Tapi tetap tumbuh," katanya.

Padahal, lanjut Alphonzus, target pertumbuhan omzet yang semula dipatok pusat perbelanjaan berada di kisaran 20-30% tampaknya sulit tercapai.

"Target kita sebenarnya 20-30%," pungkasnya.


(wur)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pengusaha Ungkap Mal RI Mulai Bangkit dari Kubur, Tak Lagi Sunyi-Sepi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular