AS Butuh Banyak Impor, Menperin Ungkap Nasib Ekspor Baja RI
Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita mengungkapkan, tarif impor baja yang masuk ke AS termasuk dari Indonesia bisa mencapai 50%, jauh lebih tinggi dibandingkan rata-rata tarif produk lain yang berkisar 19%.
Meski demikian, AS tetap bergantung pada impor untuk memenuhi kebutuhan baja lapisnya.
"Ini menjadi celah yang berhasil dimanfaatkan oleh industri nasional. Amerika tetap membutuhkan baja lapis, dan Indonesia mampu menyediakannya dengan kualitas tinggi," kata Agus dalam keterangannya, Senin (21/7/2025).
Peluang ekspor semakin terbuka lebar seiring dengan kebijakan pembatasan perdagangan di sejumlah negara besar, termasuk Amerika Serikat (AS) yang masih menerapkan tarif tinggi terhadap produk baja berdasarkan Section 232.
Langkah dalam menguatkan ekonomi nasional terletak pada kemampuan industri untuk menciptakan nilai tambah serta membangun jejaring hulu-hilir yang kuat, berkelanjutan, dan inklusif. Ia mendorong pelaku industri besi dan baja untuk terus meningkatkan kualitas produksi dan berinovasi menciptakan produk bernilai tambah tinggi serta ramah lingkungan.
"Dengan strategi tersebut, saya yakin produk baja Indonesia akan semakin kompetitif dan diterima luas di pasar internasional," tegas Agus.
Salah satu produk RI mengirimkan ekspor baja lapis ke pasar AS dengan volume sebesar 10.000 ton senilai US$12,6 juta. Sepanjang tahun 2025, ditargetkan ekspor mencapai 69.000 ton, naik 133% dibandingkan realisasi tahun 2024.
Produk yang diekspor telah melalui proses pelapisan baja dan pelapisan warna sesuai standar kualitas internasional, dan digunakan sebagai bahan baku roll-former untuk industri konstruksi di AS.
"Bulan Februari kami ekspor 5.000 ton, kemudian setiap bulan terus meningkat hingga Juli ini kami ekspor 10.000 ton, atau sekitar 14,5% dari total target ekspor 2025 yang mencapai 69.000 ton," kata VP of Operations PT Tata Metal, Stephanus Koeswandi.
(dce)