Internasional

China Respons Eropa Tembak 'Bom' Baru ke Rusia, Sebut Ancaman Ini

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
Senin, 21/07/2025 15:02 WIB
Foto: Presiden China Xi Jinping berbicara selama upacara setelah pembicaraan dengan mitranya dari Rusia Vladimir Putin di Kremlin di Moskow, Rusia, 8 Mei 2025. (REUTERS/Evgenia Novozhenina)

Jakarta, CNBC Indonesia - "Bom" sanksi Uni Eropa (UE) terbaru ke Rusia memantik reaksi keras dari China. Beijing mengecam keras langkah Brussels karena turut menargetkan entitas dari negaranya.

Pernyataan resmi dirilis Senin (21/7/2025) oleh Kementerian Perdagangan China. Beijing menyebut tindakan UE "keliru" dan paket sanksi itu menyimpang dari semangat kerja sama antara kedua pihak.

"Tindakan Uni Eropa bertentangan dengan konsensus yang dicapai oleh para pemimpin China dan Uni Eropa," tegas juru bicara Kementerian Perdagangan China, seperti dikutip AFP.


"Telah berdampak negatif yang serius terhadap hubungan ekonomi, perdagangan, serta kerja sama keuangan China-UE," tambahnya.

Brussels sebelumnya menyetujui paket sanksi ke-18 terhadap Rusia sejak invasi ke Ukraina pada 2022. Paket ini mencakup penurunan batas harga ekspor minyak Rusia, pembatasan sektor perbankan, hingga perluasan daftar hitam terhadap kilang dan bank asing, termasuk dua bank asal China.

Langkah ini diklaim UE sebagai yang paling keras sejauh ini. Tujuan utama melemahkan kemampuan Rusia dalam melanjutkan perang.

"Setiap sanksi melemahkan kemampuan Rusia untuk berperang," ujar Kepala Kebijakan Luar Negeri UE Kaja Kallas.

"Pesannya jelas: Eropa tidak akan mundur dalam dukungannya untuk Ukraina," tambahnya.

Meski demikian, Kremlin justru bersikap tenang. Juru Bicara Dmitry Peskov menyebut paket sanksi tersebut akan dianalisis lebih lanjut oleh pemerintah Rusia guna meminimalkan dampaknya.

"Kami tentu akan menganalisis paket baru ini untuk meminimalkan dampaknya. Tetapi setiap paket sanksi baru justru menambah efek negatif terhadap negara-negara yang menjatuhkannya," jelas Peskov.

Rusia juga menyebut sanksi tersebut sebagai langkah sepihak yang bertentangan dengan hukum internasional. Peskov menegaskan bahwa Moskow telah beradaptasi dengan tekanan eksternal dan kini memiliki "imunitas terhadap sanksi".

"Kami sudah mengembangkan semacam kekebalan terhadap sanksi. Kami telah beradaptasi untuk hidup di bawah sanksi," tambahnya.

Di sisi lain, China memperingatkan bahwa penyertaan entitasnya dalam daftar hitam dapat merusak hubungan jangka panjang dengan Uni Eropa. Beijing mendesak UE agar "segera memperbaiki kesalahan" dan menghentikan tindakan yang dianggapnya sebagai bentuk tekanan ekonomi tidak sah.

Rusia mengandalkan belanja militer untuk menopang pertumbuhan ekonominya, China mewaspadai dampak sanksi terhadap ekspor dan stabilitas kerja sama lintas kawasan. Beijing juga disebut tengah mempertimbangkan langkah balasan diplomatik atau ekonomi, meski belum diumumkan secara resmi.

 


(tfa/sef)
Saksikan video di bawah ini:

Video:Gara-Gara Alkes, 'Penyakit' Perang Dagang Uni Eropa-China Kambuh