Hati-Hati RI Defisit Gas, Ini Pemicunya

Khoirul Anam, CNBC Indonesia
18 July 2025 17:00
Anggota Komisi XII DPR RI, Eddy Soeparno menyampaikan paparan dalam acara Coffe Morning di Jakarta, Kamis (17/7/2025). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)
Foto: Anggota Komisi XII DPR RI, Eddy Soeparno menyampaikan paparan dalam acara Coffe Morning di Jakarta, Kamis (17/7/2025). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia disebut perlu mewaspadai adanya defisit gas. Apalagi saat ini Indonesia masih rajin mengimpor Liquefied Propane and Butane alias LPG.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), selama Januari-Desember 2024 RI mengimpor LPG sebanyak 3,94 miliar kilo gram (kg) atau sekitar 3,94 juta ton dari Amerika Serikat.

Adapun nilai impor LPG dari AS selama 2024 tersebut tercatat mencapai US$ 2,03 miliar atau sekitar Rp 32,22 triliun (kurs rata-rata sepanjang 2024 Rp 15.847 per US$).

Anggota Komisi XII DPR RI, Eddy Soeparno menyebut kondisi defisit gas datang lebih awal dibandingkan dengan proyeksi semula. Ini terjadi karena para pelaku usaha mulai melakukan transisi energi.

"Karena banyak di antara para pelaku usaha yang saat ini sudah harus bertransformasi dari pemanfaatan sumber-sumber energi fosil yang mau bertransisi ke sumber energi terbarukan menggunakan gas sebagai sarana untuk transisi tersebut. Nah, gasnya itu sekarang habis," terang dia dalam Coffee Morning CNBC Indonesia "Indonesia Darurat Gas, Benarkah?", Rabu (17/7/2025).

Dia menambahkan tak sedikit pelaku usaha yang lebih mementingkan kepastian suplai bahan bakar, termasuk energi baru terbarukan.

"Sementara kita lihat sumber-sumber gas kita yang ada, itu adanya di daerah-daerah yang pendalaman laut, yang membutuhkan waktu, biaya, dan teknologi yang besar untuk mengeluarkan gas tersebut. Ditambah lagi, infrastruktur gas kita ini masih belum sempurna," terang Eddy.


(dpu/dpu)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bakal Ditambah Prabowo, Bahlil Sebut 54% Impor LPG RI dari AS

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular