Coffee Morning Energy Edition

Benarkah RI Defisit Gas? Ini Penjelasan SKK Migas

Verda Nano Setiawan, CNBC Indonesia
18 July 2025 17:40
Deputi Keuangan dan Komersialisasi SKK Migas, Kurnia Chairi menyampaikan paparan dalam acara Coffe Morning di Jakarta, Kamis (17/7/2025). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)
Foto: Deputi Keuangan dan Komersialisasi SKK Migas, Kurnia Chairi menyampaikan paparan dalam acara Coffe Morning di Jakarta, Kamis (17/7/2025). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)

Jakarta, CNBC Indonesia - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) memastikan bahwa Indonesia tidak dalam kekurangan pasokan gas. Bahkan sekarang, masih melakukan kegiatan ekspor gas baik itu gas pipa maupun gas alam cair (LNG).

Deputi Keuangan dan Komersialisasi SKK Migas Kurnia Chairi mengklaim bahwa Indonesia saat ini dalam kondisi kelebihan pasokan gas. Hanya saja terdapat gap yang cukup besar antara sumber pasokan dengan lokasi permintaan.

"Jadi yang pertama kita ingin menyampaikan kembali secara overall dari keseluruhan supply kita gak defisit karena kita ekspor. artinya memang kita kelebihan gas cuma memang ada lokasi lokasi tertentu buyer kita yang berkumpul di sana masih kekurangan karena tidak match nya sumber pasokannya," kata Kurnia dalam acara Coffee Morning CNBC Indonesia, dikutip Jumat (18/7/2025).

Untuk mengatasi persoalan ini, kata Kurnia, selain pemanfaatan melalui gas pipa, LNG juga menjadi salah satu solusi untuk menyalurkan gas di wilayah-wilayah yang belum dilalui infrastruktur gas.

Di samping itu, dengan kondisi ketidakseimbangan antara pasokan dan permintaan gas ini menjadi waktu yang tepat bagaimana lapangan-lapangan gas baru mulai diproduksikan.

Mengingat, Indonesia juga baru saja menemukan sumber lapangan gas baru dalam beberapa tahun terakhir ini dan diperkirakan akan onstream pada 2028 mendatang.

"Kita juga petakan ada sumber baru yang bisa ditambah sekitar 15 bbtud ini di Sumatera kita minta dipercepat kami ada upaya upaya untuk bisa menjamin pasokan supply di sisa waktu ini," katanya.

Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia optimistis bahwa Indonesia berpotensi mengalami surplus gas pada tahun 2026-2027. Hal tersebut seiring dengan adanya temuan lapangan gas dalam beberapa tahun belakangan ini.

Meski demikian, Bahlil mengakui bahwa lapangan yang ditemukan tersebut bukanlah lapangan gas yang mempunyai kandungan campuran Propane (C3) dan Butane (C4), yang merupakan bahan baku dalam pembuatan Liquefied Petroleum Gas (LPG).

"Tapi sekarang kita lagi dorong terus Pertamina dan KKKS lain untuk melakukan eksplorasi pada sumur-sumur yang belum dilakukan. Tapi yang kita sudah dapat sekarang itu C3-C4nya kecil. Kecil sekali. Memang model gas kita agak berbeda. Nah yang lainnya saya pikir untuk peningkatan lifting gas 2026-2027 insya allah kita surplus kok," ujar Bahlil usai acara Jakarta Geopolitical Forum (JGF) ke-9 Selasa (24/6/2025).

Oleh sebab itu, guna mengurangi ketergantungan terhadap impor LPG yang cukup besar setiap tahunnya, pemerintah juga tengah mendorong pengembangan proyek Dimethyl Ether (DME) dari batu bara.

"Makanya kita mau swipe ke Batubara DME. Agar kita bisa melahirkan substitusi impor. Ini bagian daripada hilirisasi dan sekali lagi, ini pasti ada yang tidak nyaman. Karena kalau sudah kita di dalam negeri, impor kan tidak ada lagi. Itu maksudnya," ujarnya.


(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kontrak Gas Natuna PGN Dialihkan, Ini Alasannya

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular