
Tanaman Obat Berserakan di RI Tapi Impor 90% Bahan Baku Obat, Kenapa?

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia memiliki keanekaragaman herbal yang melimpah. Berdasarkan data Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes), secara umum di Indonesia tercatat ada lebih dari 30.000 spesies tanaman, dan dari jumlah tersebut, sekitar 9.600 spesies diketahui memiliki nilai ekonomi dan kegunaan, termasuk sebagai tanaman obat.
Menurut beberapa sumber dan penelitian, diperkirakan sekitar 6.000 sampai 7.000 spesies dari tanaman di Indonesia digunakan dalam pengobatan tradisional untuk mengobati berbagai penyakit. Namun ironisnya, 90% bahan baku obat yang beredar justru masih impor.
Pelaku industri farmasi pun mengungkapkan alasannya.
"Yang Indonesia impor lebih dari 90% itu adalah bahan baku obat kimia bukan bahan baku obat herbal," Direktur Eksekutif Gabungan Perusahaan Farmasi Indonesia (GPFI) Elfiano Rizaldi kepada CNBC Indonesia, Jumat (18/7/2025).
Meski memiliki banyak bahan baku herbal, tidak serta merta bisa dengan mudah digunakan untuk bahan baku obat kimia. Pasalnya, butuh proses untuk merubahnya, bahkan beberapa diantaranya belum tentu bisa diubah.
"Untuk switching bahan baku obat kimia ke bahan baku obat herbal tidak mudah karena pengobatan penyakit sampai dengan saat ini di global pun masih lebih banyak menggunakan obat kimia," ujar Elfiano.
Karenanya perlu dukungan kuat dari pemerintah dan banyak stakeholder terkait agar industri obat bisa berkembang dan mengurangi ketergantungan dengan impor.
"Untuk membuat dan membangun industri bahan Baku obat juga perlu didukung dengan ekosistem yang saling menunjang, dan yang tidak kalah penting adalah harus ada juga industri kimia dasar di indonesia. Tidak hanya pemerintah tapi semua stakeholder yang terkait," ujar Elfiano.
(dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kejar Pertumbuhan Ekonomi 8%, Gimana Peluang Sektor Kesehatan di RI?
