RI Kena Tarif Trump 19%

Bungkil Kedelai AS Bakal Serbu RI, Peternak Ayam Bilang Begini

Damiana, CNBC Indonesia
Kamis, 17/07/2025 14:00 WIB
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memutuskan menurunkan besaran tarif resiprokal yang akan dikenakan atas semua barang dari Indonesia yang masuk ke negaranya. Dari hasil komunikasi antara Trump dengan Presiden RI Prabowo Subianto, tarif resiprokal atas Indonesia diturunkan dari sebelumnya 32% jadi 19%.

Namun, sebagai gantinya, AS akan bebas mengekspor sejumlah barang ke Indonesia. Trump menyebutnya sebagai akses penuh ke Indonesia tanpa membayar apa pun. Meski, detailnya masih akan diumumkan kemudian.

Namun, Trump mengatakan, sebagai bagian dari kesepakatan penurunan tarif tersebut, Indonesia telah berkomitmen untuk membeli energi AS senilai US$15 miliar, produk pertanian Amerika senilai US$4,5 miliar, dan 50 Jet Boeing, banyak di antaranya adalah Boeing 777.


Bicara produk pertanian, selama ini Indonesia memang masih mengimpor sejumlah komoditas dari AS. Yakni, kedelai, biji-bijian fermentasi atau distillers grains, bungkil kedelai, produk susu, gandum, daging sapi dan olahannya, makanan olahan, kapas, buah-buahan, serta pakan, bungkil dan hijauan lainnya.

Tim Riset CNBC Indonesia mencatat, pada tahun 2024, Indonesia mengimpor total US$2,91 miliar produk pertanian dari AS. Turun dari tahun 2023 yang mencapai US$3,03 miliar. Rata-rata sepanjang tahun 2020-2024, Indonesia mengimpor US$2,987 miliar produk pertanian dari AS.

Dengan adanya kesepakatan tersebut, bisa jadi, produk pertanian AS yang akan semakin banyak diimpor adalah bungkil kedelai. Produk ini digunakan sebagai bahan baku untuk pakan ternak.

Peternak Ayam Buka Suara

Merespons hal itu, Ketua Umum Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional (GOPAN) Pardjuni mengatakan, jika kesepakatan dengan Trump itu kemudian membuka keran impor bungkil kedelai yang lebih besar, akan menguntungkan peternak di dalam negeri. Pada ujungnya, konsumen juga akan diuntungkan. 

Dengan catatan, pemerintah bisa menjamin hasil kesepakatan ini tidak hanya dinikmati oleh perusahaan pakan yang kemudian akan menguntungkan peternak skala besar maupun perusahaan peternakan ayam di dalam negeri. 

"Ini langkah bagus, asalkan diikuti harganya juga turun. Kalau impornya dibuka, harganya juga murah, berarti harga bungkil kedelai nanti akan turun. Karena bagi peternak ayam, pakan berbasis soy bean meal (SBM/ bungkil kedelai) ini sekitar 22-25%. Jadi artinya kalau impor dibuka lebar harusnya harga turun dong," kata Pardjuni kepada CNBC Indonesia, dikutip Kamis (17/7/2025).

"Dengan begitu akan menguntungkan peternak karena harga pakan otomatis terkoreksi. Dengan begitu begitu, harga produksi rendah, otomatis ke daya beli masyarakat akan naik kembali. Karena nanti harga karkas akan jadi lebih murah dan bersaing di pasar. Intinya, ini positif kalau impor bungkil kedelai dari Amerika dibuka," ucapnya. 

Yang penting, tegasnya, ada solusi yang menguntungkan semua pihak. 

"Kalau soal pemakaian, formulasi dalam pakan itu sudah ada aturannya. Bukan karena impor dibuka langsung penggunaan bungkil jadi naik. Nggak. Formulasi itu nggak bisa diubah-diubah dengan gampang. Tapi, pengaruhnya nanti akan ke harga pakan akan turun," sebutnya.

"Dan, ini harus dinikmati semua, termasuk peternak rakyat mandiri. Jangan hanya feed mill (pabrik pakan). Karena kalau hanya feed mill, ya mending nggak usah saja impor. Jadi, ini positifnya kalau peternak mandiri juga menikmati. Karena itu harus ada pengawasan pemerintah," tukas Pardjuni. 

Dalam perhitungan kasar, Pardjuni memprediksi, dengan semakin banyaknya pasokan impor bungkil kedelai yang bebas masuk RI, harga pakan akan bisa berkurang Rp400-700 per kg di pabrik pakan. Karena setidaknya harga bahan baku akan turun.

"Tapi itu asumsi sederhana ya, tergantung masing-masing pabrik. Yang jelas, harga pakan akan terkoreksi. Dan ini harus bisa dinikmati peternak mandiri. Kalau tidak ya percuma," tukasnya.

Pemerintah Harus Negosiasi Harga Lebih Murah

Hal senada disampaikan Presiden Asosiasi Peternak Layer Nasional (PLN) Musbar Mesdi.

Musbar mengatakan, jika keran impor bungkil kedelai dibuka semakin besar, akan berdampak positif bagi peternakan unggas, terutama peternak ayam layer (petelur) dan peternak babi.

"Asalkan, harga bungkil kedelainya juga dinegosiasi ulang sehingga yang masuk ke Indonesia lebih murah. Karena bagi Amerika itu adalah waste product. Harusnya bisa lebih murah dari harga real dari yang sekarang kami terima Rp6.000-7.000 di farm kami. Dengan begitu, harga pokok produksi akan lebih murah, dan berlaku terus," kata Musbar.

"Dengan begitu diharapkan harga telur per kilogram juga akan tetap stabil dan tidak bergejolak di masyarakat atau untuk kebutuhan MBG," tambahnya.

Dia menjelaskan, penggunaan bungkil kedelai untuk pakan ayam layer adalah 15%, jagung 50%. Sedangkan komposisi pakan ayam broiler adalah jagung 35-40%, dan SBM 25%.

"Komposisi ini adalah ideal. Bukan karena impornya dibuka lalu pakai bungkil banyak. Karena akan berdampak keseimbangan protein dan asam amino. Kalau kebanyakan bungkil, nanti saluran keluarnya telur itu bisa menebal," jelas Musbar.

"Dengan masuknya bungkil impor lebih banyak dan lebih murah, maka akan mengurangi biaya produksi. Dampaknya di situ," kata Musbar.

Sebagai informasi, saat ini tarif bea masuk yang berlaku atas impor bungkil kedelai secara umum adalah 5%. Kecuali, jika ada perjanjian kerja sama dagang dengan negara mitra, maka kemungkinan tarif impornya adalah nol persen. Artinya, jika pemerintah RI membebaskan impor bungkil kedelai dari AS, maka harganya setidaknya akan lebih murah 5% kalau tarif impornya dinolkan seperti pernyataan Trump.


(dce/dce)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Tak Beri Surat Resmi Soal Tarif, Presiden Brasil Kecam Trump