
APBN Belum Maksimal Tahan Ekonomi Lesu, Warga Butuh Banyak 'Suntikan'

Jakarta, CNBC Indonesia-Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dianggap belum mampu menjadi bantalan yang cukup kuat di tengah pelemahan ekonomi Tanah Air. Meskipun sejak awal tahun sederet stimulus sudah diberikan.
Hal ini disampaikan Peneliti Departemen Ekonomi Center for strategic and international Studies (CSIS), Riandy Laksono, dalam media briefing CSIS, Kamis (10/7/2025).
Bahkan ketika efisiensi anggaran hingga Rp 300 triliun diumumkan, menurut Riandy justru menghambat pertumbuhan.
"Tetapi efisiensi yang sudah ditarik dari APBN itu Rp300 triliun. Jadi APBN belum sempurna menjadi shock absorber di tengah perlambatan. Buat saya, insentif fiskal yang diperlukan itu menormalisasi belanjanya lagi," ujar Riandy.
Dengan menormalisasi kembali belanja negara, yakni tanpa efisiensi dapat mendorong berbagai sektor yang terdampak dari efisiensi. Menurutnya, langkah tersebut secara tidak langsung menjadi insentif fiskal baru walaupun tidak bersifat langsung.
"Jadi kalo di-normalisasi belanjanya, ini bisa jadi insentif fiskal juga sebenarnya. Walaupun gak targeted. Tapi terkait ke daya beli," ujarnya.
Sektor-sektor seperti perhotelan dan industri padat karya menurutnya menjadi korban dari kebijakan efisiensi, akibat banyak proyek infrastruktur yang tertunda. Ketika belanja dari pemerintah kembali masuk ke dalam sektor tersebut, daya beli masyarakat diperkirakan akan ikut terdongkrak.
"Karena kan pekerja-pekerja sektor perhotelan kena, sektor padat karya karena infrastrukturnya diambil. Kena juga. Jadi once mereka ada lagi uang di daerah dan di sektor itu, daya beli juga kemungkinan akan ikut naik," ujarnya.
(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Pelemahan Ekonomi Akibat Efisiensi, Pemerintah Bilang Ini
