Internasional

Harta Karun China Masuki AS Lewat Jalur Belakang, Perang Dagang Gagal?

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
Rabu, 09/07/2025 16:12 WIB
Foto: Bendera Tiongkok dan AS berkibar di dekat Bund, jelang delegasi perdagangan AS bertemu dengan China di Shanghai, Cina 30 Juli 2019. REUTERS / Aly Song

Jakarta, CNBC Indonesia - Amerika Serikat (AS) terus menerima pasokan mineral penting dari China meskipun Negeri Tirai Bambu resmi melarang ekspor ke Negeri Paman Sam sejak Desember 2023. Celah itu dimanfaatkan dengan memutar jalur perdagangan melalui negara ketiga, seperti Thailand dan Meksiko.

Data bea cukai dan pengiriman yang dikaji Reuters menunjukkan pasokan logam antimon, yakni bahan penting dalam baterai, semikonduktor, dan penghambat api, mengalir deras ke Washington dari dua negara tersebut. Padahal, baik Thailand maupun Meksiko tidak memiliki tambang antimon dalam skala besar.

Tiga pakar industri menyebut, ada praktik transshipment atau pengalihan rute ekspor dari China ke AS melalui negara lain. Dua eksekutif perusahaan di AS bahkan mengakui bahwa mereka masih bisa mendapatkan pasokan dari China.


"Ini adalah pola yang kami lihat, dan pola tersebut konsisten," ujar Ram Ben Tzion, CEO perusahaan verifikasi pengiriman digital, Publican, seperti dikutip Reuters pada Rabu (9/7/2025). "Perusahaan-perusahaan China sangat kreatif dalam menghindari regulasi."

AS mengimpor 3.834 ton oksida antimon dari Thailand dan Meksiko dalam periode Desember-April. Angka ini melampaui total gabungan selama tiga tahun sebelumnya.

Lonjakan itu sejalan dengan posisi Thailand dan Meksiko yang kini menempati tiga besar negara pengekspor antimon terbesar dari China. Padahal, pada 2023 keduanya tidak masuk daftar 10 besar.

Menurut konsultan RFC Ambrian, Thailand dan Meksiko hanya memiliki satu smelter antimon, dan smelter di Meksiko bahkan baru beroperasi kembali pada April 2024.

CEO Gallant Metals, Levi Parker, mengaku menerima 200 kg galium per bulan dari China lewat skema serupa. "Barang dikemas ulang sebagai besi, seng, atau bahkan perlengkapan seni, lalu dikirim melalui negara Asia lainnya," ungkapnya.

Namun, ia menegaskan bahwa metode ini bukan tanpa risiko dan memerlukan biaya tinggi. "Saya ingin impor 500 kg, tapi pengiriman besar bisa menarik perhatian," ujarnya.

Thai Unipet Industries, anak usaha produsen antimon China Youngsun Chemicals, terdeteksi mengirim lebih dari 3.366 ton produk antimon dari Thailand ke AS dalam periode Desember-Mei. Jumlah itu melonjak 27 kali lipat dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.

Catatan pengiriman dari platform ImportYeti dan Export Genius menyebutkan pengiriman dilakukan ke Youngsun & Essen di Texas, perusahaan yang sebelumnya menjadi pelanggan utama Youngsun Chemicals sebelum larangan berlaku.

China Geram dan Ancam Penindakan

Pemerintah China menyadari adanya celah tersebut. Pada Mei, Kementerian Perdagangan China menuduh entitas asing "berkolusi dengan pelanggar hukum domestik" demi menghindari pembatasan ekspor.

Beijing kini meluncurkan kampanye pemberantasan transshipment dan penyelundupan. "Pelanggar bisa dikenai denda, larangan ekspor, bahkan hukuman penjara di atas 5 tahun," ujar James Hsiao, mitra firma hukum White & Case.

Ia menambahkan, "Hukum ini tetap berlaku bagi perusahaan China, bahkan jika transaksi terjadi di luar negeri."

Meski menghadapi risiko tinggi, insentif finansial tetap menarik. Kelangkaan mineral membuat harga galium, germanium, dan antimon melambung ke level tertinggi. Alhasil, banyak pelaku industri tetap bermain di area abu-abu regulasi.

"Meskipun kebijakannya sudah ada, penerapannya adalah tantangan yang berbeda," ujar Ben Tzion.

 


(luc/luc)
Saksikan video di bawah ini:

Video: China Perketat 'Aturan Main' Ekspor Mobil Bekas