PLTS Jadi Proyek EBT Terbesar di RUPTL Terbaru, ESDM Ungkap Alasannya

Firda Dwi Muliawati, CNBC Indonesia
Selasa, 08/07/2025 13:05 WIB
Foto: Foto tampak udara PLTS Terapung Cirata 192 MWp yang berada di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. PLN tengah melakukan kajian bersama Masdar untuk potensi ekspansi pembangkit ramah lingkungan tersebut. (Dok. PT PLN (Persero))

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah sudah menerbitkan Rancangan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) tahun 2025-2034. Dalam kebijakan listrik itu, 42,6 Giga Watt (GW) listrik akan berasal dari Energi Baru dan Terbaruk (EBT) diantaranya 17,1 GW dari Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).

Sumber energi EBT dari PLTS itu menjadi yang terbesar dibanding EBT lainnya. Dengan jumlah mencapai 17,1 GW, artinya PLTS menyumbang hingga 40,1% hingga tahun 2034. Lantas, apa alasannya?

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan bahwa terdapat kebutuhan 'mendadak' yang meningkatkan permintaan akan sumber EBT di Indonesia.


Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (Dirjen EBTKE) Kementerian ESDM Eniya Listiani Dewi mengatakan kebutuhan tersebut seperti permintaan sumber energi 'bersih' khususnya dari kebutuhan listrik untuk penyimpanan energi (storage), kebutuhan energi untuk data center, hingga permintaan dari industri PVC.

"Nah, ada kebutuhan-kebutuhan yang kemarin seperti dirasakannya itu rada mendadak gitu, ya. Mendadak itu, misalnya, kebutuhan storage lalu kebutuhan kemarin data center lalu ada industri baru PVC yang ada di Jawa Barat itu mau tumbuh itu menginginkan green," jelas Eniya kepada CNBC Indonesia dalam program Economic Update, Selasa (8/7/2025).

Beberapa kebutuhan energi bersih mendadak tersebut akan dipenuhi melalui PLTS terapung. Eniya menilai, PLTS terapung menjadi sangat potensial lantaran dalam RUPTL 10 tahun yang sudah dirilis oleh pemerintah tersebut juga memiliki porsi tambahan EBT dari PLTS lebih besar dibandingkan dari EBT lainnya.

"PLTS Apung itu juga jadi sasaran. Nah, kita address di dalam RUPTL ini untuk PLTS memang potensi paling besar. Jadi, ada sekitar 17,1 GW dalam 10 tahun ke depan," katanya.

Pemilihan sumber EBT dari PLTS terapung tersebut, kata Eniya, lantaran PLTS terapung bisa dimanfaatkan bersamaan tempatnya dengan waduk yang digunakan untuk pembangkit listrik tenaga air (PLTA).

"Lalu, di hidro jadi kombinasi antara pemakaian waduk-waduk dengan PLTS terapung itu juga nanti kita masukkan dan sekaligus ada PLTA. Nah, PLTA ini kira-kira 11,7 GW," tandasnya.

Asal tahu saja, dalam RUPTL 2025-2034 tercatat rencana total penambahan kapasitas pembangkit listrik baru sebesar 69,5 GW sampai 2034, sebesar 42,6 GW atau 61% akan berasal dari pembangkit listrik berbasis EBT, dan 10,3 GW atau 15% dari sistem penyimpanan (storage).

Adapun, dari seluruh jenis pembangkit EBT, sumber energi surya memiliki porsi yang cukup besar yakni 17,1 GW. Kemudian, disusul oleh Air sebesar 11,7 GW, Angin sebesar 7,2 GW, Panas bumi sebesar 5,2 GW, Bioenergi sebesar 0,9 GW, dan Nuklir sebesar 0,5 GW.

Sementara itu, untuk kapasitas sistem penyimpanan energi mencakup PLTA pumped storage sebesar 4,3 GW dan baterai 6,0 GW. Kemudian, untuk pembangkit fosil masih akan dibangun sebesar 16,6 GW, terdiri dari gas 10,3 GW dan batubara 6,3 GW.


(pgr/pgr)
Saksikan video di bawah ini:

Video:Percepat Bangun Listrik EBT, Pembangkit Swasta Butuh Bantuan Ini