Ekspor Batu Bara Turun, Setoran ke Negara Anjlok?
Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tidak menampik terdapat penurunan jumlah ekspor batu bara. Diantara yang turun adalah ekspor ke India dan China.
Bila mengacu pada data Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI), jumlah ekspor batu bara RI ke China hingga Mei 2025 tercatat menurun hingga 15% dibandingkan periode yang sama tahun 2024. Begitupun ke India, hingga saat ini ekspor batu bara ke Negeri Seribu Dewa tersebut menurun 7% dibandingkan dari tahun 2024.
Lantas, apakah penurunan ekspor batu bara tersebut akan berdampak pada penurunan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sektor minerba?
Menjawab pertanyaan itu, Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara (Dirjen Minerba) Kementerian ESDM Tri Winarno berharap penurunan jumlah ekspor batu bara dalam negeri tidak berpengaruh pada PNBP. Karena, masih ada sumber ekspor komoditas lainnya. "Mudah-mudahan aman, mudah-mudahan aman. Kan karena kemarin kan ada kenaikan beberapa komoditas," ujarnya saat ditemui di Gedung DPR RI, Jakarta, dikutip Kamis (3/7/2025).
Bila mengutip laman resmi Minerba One Data Indonesia (MODI) Kementerian ESDM, realisasi penerimaan negara dari sektor minerba per Juni 2025 mencapai Rp 9,87 triliun dan terpantau menurun dari bulan Mei 2025 sebesar Rp 10,65 triliun.
Harga batu bara anjlok
Berdasarkan data Refinitiv harga batu bara dunia acuan Newcastle untuk kontrak Agustus 2025 pada Jumat (29/6/2025) tercatat d1 US$107 per ton. Angka tersebut turun 4,68% secara mingguan. Sementara sepanjang tahun 2025, harga batu bara acuan telah anjlok 15,75% ytd.
Salah satu penyebab yang mendorong harga batu bara hingga ambruk 4% lebih adalah karena China mengurangi impor batu bara karena pasokan yang melimpah di konsumen 'emas hitam' terbesar di dunia itu.
Mengutip Bloomberg, ada peningkatan 13% dalam pengiriman batu bara ke luar negeri dari negara tersebut selama lima bulan pertama tahun ini.
China mengekspor 2,5 juta ton batu bara antara Januari dan Mei 2025, dengan sebagian besar dikirim ke Jepang, Indonesia, dan Korea Selatan. Sementara itu, produksi batu bara mencapai 5 miliar ton pada periode yang sama, sementara impor turun 8% dibandingkan tahun lalu.
Produksi batu bara domestik yang mencapai rekor tertinggi dan pelemahan pembangkit listrik tenaga batu bara di China telah menyebabkan penurunan permintaan impor batu bara termal ke pasar batu bara terbesar di dunia.
Tren ini mulai terlihat awal tahun ini, setelah impor batu bara China sempat menembus 500 juta ton pada 2024. Di sisi lain, badan perencana pusat China telah memerintahkan peningkatan stok batu bara untuk pembangkit listrik hingga 10%.
(pgr/pgr)