Internasional

Putin Tolak Mentah-Mentah Permintaan Trump, Ukraina di Ambang Petaka

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
Jumat, 04/07/2025 10:05 WIB
Foto: Presiden AS Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin terlihat pada KTT para pemimpin G20 di Buenos Aires, Argentina 30 November 2018. REUTERS / Marcos Brindicci

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Rusia Vladimir Putin menegaskan kepada Presiden Amerika Serikat Donald Trump bahwa Moskow tidak akan menyerah pada tujuan perangnya di Ukraina.

"Rusia tidak akan mundur," kata penasihat Kremlin Yuri Ushakov kepada wartawan, seusai percakapan telepon antara kedua pemimpin pada Kamis (3/7/2025) yang berlangsung selama satu jam.

Meski demikian, Putin juga disebut menyatakan "kesiapan untuk mencari solusi politik dan negosiasi" atas konflik yang telah berlangsung sejak 2022 tersebut.


Kremlin menyebut bahwa tujuan invasi Rusia adalah untuk "menghilangkan akar penyebab" perang, yaitu mencegah Ukraina bergabung dengan NATO dan menjadi basis serangan Barat terhadap Rusia, klaim yang dibantah Kyiv dan negara-negara Barat, namun sebagian didukung oleh Trump.

Trump sendiri mengakui bahwa ia tidak membuat "kemajuan" dalam upaya mendorong gencatan senjata. "Saya tidak senang dengan perang di Ukraina," ujarnya usai panggilan tersebut.

Panggilan ini merupakan komunikasi keenam antara Trump dan Putin sejak Trump memulai masa jabatan keduanya pada Januari.

Kontak antara dua pemimpin terjadi sehari setelah Pentagon mengumumkan penghentian sementara pengiriman beberapa sistem persenjataan ke Ukraina, termasuk rudal pertahanan udara dan artileri presisi, yang dijanjikan di bawah pemerintahan Joe Biden.

Namun, menurut Ushakov, pembahasan soal penghentian pengiriman senjata tidak muncul dalam percakapan. Trump disebut lebih fokus pada perlunya mengakhiri perang secepatnya.

Meski tidak ada pembicaraan soal pertemuan tatap muka, kedua pemimpin sepakat untuk terus berkomunikasi. Namun, sejauh ini tidak ada tanda perubahan posisi dari Moskow. Putin tetap menolak usulan gencatan senjata tanpa syarat dari Washington. Sementara itu, Ukraina justru mendukung langkah tersebut.

Ushakov menekankan bahwa negosiasi perdamaian seharusnya berlangsung antara Moskow dan Kyiv, bukan melibatkan Washington secara langsung. Ia juga menyinggung pertemuan di Istanbul pada awal Juni, di mana menurut pejabat Ukraina, delegasi Rusia meminta diplomat AS keluar dari ruangan, mengindikasikan Rusia menolak format trilateral dalam perundingan.

Putin dan Trump sebelumnya berbicara pada pertengahan Juni, ketika Putin menawarkan diri sebagai penengah konflik Israel-Iran. Namun Trump menolaknya.

"Tidak, saya tidak butuh bantuan dengan Iran. Saya butuh bantuan dengan Anda," ujar Trump kepada Putin kala itu.

Ushakov menambahkan, dalam pembicaraan terbaru, Putin juga menyoroti perlunya penyelesaian konflik Iran secara diplomatik. Rusia mengkritik keras serangan AS ke tiga fasilitas nuklir Iran bulan lalu, menyebutnya ilegal dan tak berdasar.

Di saat yang sama, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky bertemu para pemimpin Uni Eropa di Denmark. Ia menegaskan pentingnya memperkuat kerja sama melalui UE, NATO, dan hubungan bilateral, terutama setelah muncul keraguan atas kelanjutan bantuan militer AS.

"Keraguan ini memperkuat kebutuhan kita untuk memperkuat koordinasi," kata Zelensky. Ia juga berharap bisa berbicara langsung dengan Trump pada Jumat untuk membahas nasib pengiriman bantuan militer tersebut.

 


(luc/luc)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Trump Harap Bisa 'Kopdar' Dengan Putin & Zelenskyy di KTT NATO