Diam-Diam Pabrik di RI Masih Andalkan Susu Impor, Kakao Gimana?

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
03 July 2025 15:23
Wakil Menteri Perindustrian Faisol Riza dalam kegiatan Pre-Event Specialty Indonesia 2025 di Jakarta, Kamis (3/7). (CNBC Indonesia/Ferry Sandi)
Foto: Wakil Menteri Perindustrian Faisol Riza dalam kegiatan Pre-Event Specialty Indonesia 2025 di Jakarta, Kamis (3/7). (CNBC Indonesia/Ferry Sandi)

Jakarta, CNBC Indonesia - Wakil Menteri Perindustrian (Wamenperin) Faisol Riza Indonesia memiliki keunggulan komparatif dalam pengembangan industri makanan dan minuman (mamin) berkat keragaman sumber daya hayati. Namun, keragaman ini ternyata masih belum bisa dimaksimalkan.

Dia menjabarkan, realisasi pertumbuhan industri makanan dan minuman sebesar 6,04 persen (YoY) pada triwulan I tahun 2025. Dari sisi perdagangan luar negeri, industri ini juga berhasil mempertahankan surplus neraca dagang sebesar US$8,67 miliar, dengan nilai ekspor mencapai US$11,78 miliar sepanjang Januari-Februari 2025.

"Investasi di sektor ini juga semakin diminati. Pada Triwulan I 2025, realisasi investasi telah mencapai Rp22,63 triliun. Ini menunjukkan kepercayaan investor yang semakin tinggi terhadap potensi industri makanan dan minuman Indonesia," katanya dalam kegiatan Pre-Event Specialty Indonesia 2025 di Jakarta, Kamis (3/7)..

"Memang ini kewenangannya di Kementerian dan Lembaga lain karena bahan baku bukan di Kemenperin (Kementerian Perindustrian). Kita bisa cari cara lain supaya potensi nggak turun, tapi naik. Kakao bahan baku tinggi tapi ketersediaan bahan baku yang disiapkan justru turun," tambah Faisol.

Padahal, imbuh dia, produk olahan kakao Indonesia merupakan yang terbesar ke-4 di dunia dengan nilai ekspor lebih dari US$2,4 miliar dan volume ekspor 304 ribu ton pada tahun 2024.

Kebutuhan akan bahan baku lain untuk industri makanan dan minuman di RI terus naik dari tahun ke tahun, termasuk untuk susu.

"Untuk bahan baku seperti susu juga kita 80% masih ambil dari negara lain seperti New Zealand dan Australia," ujar Faisol.

Tak Cuma Industri Makanan dan Minuman

Kebutuhan susu ini digunakan untuk berbagai industri, utamanya industri pengolahan susu misalnya pabrik susu bubuk, susu kental manis, keju, yogurt, dan es krim. Namun impornya masih sangat dominan dibanding suplai dalam negeri.

"Kalau susu kebutuhannya 4 koma sekian juta cuma dalam negeri, baru bisa suplai 20 persennya," kata Direktur Jenderal Industri Agro Putu Juli Ardika.

Sementara itu kakao digunakan terutama dalam industri makanan dan minuman, khususnya untuk pembuatan cokelat. Selain itu, kakao juga digunakan dalam industri kosmetik, farmasi, dan sebagai bahan tambahan pangan.

"Paling sedikit kakao kita butuhkan 300 ribu ton per tahun. Kakao pernah importasi sampai 200 ribu ton kalau, persentase lebih dari 50 persen, sekarang sudah turun bisa dipenuhi dalam negeri dapat 200 ribu sekian," ujar Putu.


(dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pelaku Industri Susu Berumur 100 Tahun Terharu Program MBG, Kok Bisa?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular