Cara China Tanggapi Ekonomi Lesu, Orang Belanja Disubsidi Rp 113 T
Jakarta, CNBC Indonesia - China punya cara baru menanggapi lemahnya belanja warga. Bahkan akan ada subsidi belanja senilai US$7 miliar (sekitar Rp 113 triliun).
Setidaknya ini dilakukan platform ritel daring raksasa teknologi China, Alibaba. Perusahaan mengumumkan bahwa mereka akan mengeluarkan subsidi untuk pembelian tertentu, memberikan dorongan bagi negara yang tengah berjuang dengan belanja yang lesu.
Dalam pernyataan di WeChat, melalui anak usahanya Taobao yang diluncurkan 2003, perusahaan mengatakan akan ada 50 miliar yuan yang disalurkan secara langsung guna mensubsidi konsumen dan pedagang. Ini berlaku selama periode 12 bulan sejak Rabu (2/7/2025) ini.
"Insentif belanja pada Taobao akan berbentuk angpao.. serta diskon untuk produk, pengiriman, dan komisi," kata perusahaan sebagaimana dimuat AFP.
"Subsidi akan memberikan konsumen layanan dan pengalaman istimewa dan nyaman, yang selanjutnya merangsang vitalitas konsumsi."
China tengah berjuang untuk mencegah tekanan deflasi, yang mengancam pertumbuhan ekonomi bahkan ketika tantangan di tempat lain meningkat. Krisis sektor properti yang berkepanjangan dan perang dagang yang sengit dengan Amerika Serikat (AS) tahun ini telah memperburuk kekhawatiran di antara rumah tangga China tentang melakukan pembelian besar.
Pihak berwenang China telah berupaya meredakan ketakutan, dengan mengeluarkan serangkaian langkah kebijakan agresif yang bertujuan untuk meningkatkan pengeluaran. Ini pun termasuk pemotongan suku bunga utama dan berbagai skema tukar tambah barang konsumen.
Tindakan itu memang membuat penjualan ritel pada bulan Mei tumbuh paling cepat dari tahun ke tahun (yoy) sejak Desember 2023. Hal tersebut terjadi bahkan ketika harga properti komersial di sekelompok 70 kota utama turun dari bulan April.
Sementara itu, Presiden China Xi Jinping telah mendesak upaya untuk memajukan pembangunan pasar nasional selama pertemuan tingkat tinggi tentang kebijakan ekonomi. Para pemimpin dalam pertemuan itu juga menyerukan pengelolaan yang lebih baik atas persaingan harga rendah yang tidak teratur di antara perusahaan.
"Karena ekonomi China menghadapi tekanan deflasi dan pasar tenaga kerja yang lemah, pemerintah bermaksud untuk mengatasi tantangan ini dari sisi pasokan," tulis Presiden dan Kepala Ekonom di Pinpoint Asset Management, Zhiwei Zhang.
"Prioritas utama tampaknya adalah mencegah persaingan yang berlebihan," tambahnya.
(sef/sef)