Ada 'Momen Penting' Ini, BIS Peringatkan Bank Sentral Seluruh Dunia!

Hadijah Alaydrus, CNBC Indonesia
Senin, 30/06/2025 10:10 WIB
Foto: General Manager Bank for International Settlements, Agustin Cartens. (Dok. bis.org)

Jakarta, CNBC Indonesia - Ketegangan perdagangan dan geopolitik yang tidak menentu berisiko mengungkap kerusakan dalam pada sistem keuangan global. Hal ini disampaikan oleh Agustin Carstens, Kepala Bank for International Settlements (BIS) yang kerap disebut sebagai bank sentralnya seluruh bank sentral di dunia, dalam laporan terbarunya.

Cartens menyampaikan perang dagang yang didorong AS dan perubahan kebijakan lainnya sedang menggoyahkan tatanan ekonomi yang telah lama terbentuk.

Ia mengatakan ekonomi global berada pada "momen penting", yakni memasuki era baru ketidakpastian dan ketidakpastian yang meningkat, serta menguji kepercayaan publik terhadap lembaga-lembaga keuangan, termasuk bank sentral.


Dalam laporan tahunan, yang diterbitkan pada Minggu (29/6/2025), BIS menyoroti menilai peningkatan proteksionisme dan fragmentasi perdagangan "sangat memprihatinkan" karena memperburuk penurunan pertumbuhan ekonomi dan produktivitas yang telah berlangsung selama beberapa dekade

"Ada pula bukti bahwa ekonomi dunia menjadi kurang tangguh terhadap guncangan, dengan populasi yang menua, perubahan iklim, geopolitik, dan masalah rantai pasokan yang semuanya berkontribusi pada lingkungan yang lebih tidak stabil," papar Carstens yang merupakan mantan gubernur bank sentrak Meksiko, dikutip dari Reuters, Senin (30/6/2025).

Lonjakan inflasi pasca-COVID tampaknya juga berdampak lama pada persepsi publik tentang pergerakan harga, menurut sebuah studi dalam laporan tersebut. Tingkat utang publik yang tinggi dan terus meningkat meningkatkan kerentanan sistem keuangan terhadap suku bunga dan mengurangi kemampuan pemerintah untuk keluar dari krisis dengan belanja.

"Tren ini tidak dapat berlanjut," kata Carstens. Jawabannya ini mengacu pada tingkat utang yang meningkat dan ia mengatakan bahwa pengeluaran militer yang lebih tinggi dapat mendorong utang lebih jauh.

Dolar & Stablecoin

Hyun Song Shin, penasihat ekonomi utama BIS, juga menandai penurunan tajam dolar. Dolar turun 10% sejak awal tahun dan berada di jalur untuk menjadi penurunan H1 terbesar sejak era nilai tukar mengambang bebas dimulai pada awal 1970-an.

Ia mengatakan tidak ada bukti bahwa ini adalah awal dari "perputaran besar" dari aset AS seperti yang disarankan beberapa ekonom, tetapi mengakui bahwa masih terlalu dini untuk mengetahuinya mengingat dana kedaulatan dan bank sentral bergerak lambat.

Analisis jangka pendek menunjukkan bahwa "lindung nilai" oleh investor non-AS yang memegang obligasi pemerintah dan aset AS lainnya tampaknya telah memberikan "kontribusi penting" terhadap penurunan dolar selama beberapa bulan terakhir.

"Kami belum melihat apa pun (saat ini) yang akan membuat kami khawatir," tambah Shin.

BIS telah menerbitkan satu bagian dari laporannya minggu lalu yang memberikan peringatan keras tentang kenaikan cepat dari apa yang disebut stablecoin.

Dalam hal keuangan BIS sendiri, dikatakan bahwa mereka memperoleh laba bersih sebesar 843,7 juta SDR IMF ($1,2 miliar), sementara total pendapatan komprehensifnya mencapai rekor tertinggi sebesar SDR 3,4 miliar ($5,3 miliar) dan simpanan mata uang di bank juga mencapai rekor tertinggi.

"Penting bagi BIS untuk memiliki kelayakan kredit tertinggi di luar sana," kata Carstens.

Dalam paparannya mengenai laporan BIS ini, Carstens pun memberikan komentar soal kritik Trump terhadap Jerome Powell, Gubernur Federal Reserve AS, yang termasuk Trump yang melabeli ketua Fed itu sebagai "bodoh". Cartens mengungkapkan dirinya tidak terkejut dengan hal ini.

"Di titik-titik tertentu, gesekan memang sudah diperkirakan," kata Carstens kepada wartawan. "Hal itu hampir sudah direncanakan," sambungnya.


(haa/haa)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Industri Farmasi Tertekan Geopolitik dan Impor Bahan Baku