Begini Kondisi Nuklir Iran Dua Pekan Setelah Diserang Israel & AS

Zefanya Aprilia, CNBC Indonesia
Sabtu, 28/06/2025 11:00 WIB
Foto: Gambar gabungan menunjukkan pemandangan satelit gedung-gedung di Universitas Shahid Rajaee sebelum dan sesudah terkena serangan udara di tengah konflik Iran-Israel, di Teheran, Iran, 14 Juni 2025 (atas) dan 20 Juni 2025. Maxar Technologies/Handout via REUTERS
Dafar Isi

Jakarta, CNBC Indonesia - Israel dan Amerika Serikat (AS) telah membombardir fasilitas nuklir Iran dalam upaya untuk menghilangkan kemampuannya dalam membangun senjata nuklir. Sebelum serangan itu, badan intelijen AS telah menilai bahwa Iran belum memutuskan apakah akan membuat bom. Sejak serangan itu, perdebatan tentang niat dan kemampuan Iran semakin meningkat.

Melansir laporan The New York Times terdapat sejumlah langkah utama untuk membangun bom atom. Lalu apa arti serangan Israel dan AS bagi kemampuan Iran untuk mengambil setiap langkah, jika negara itu memutuskan untuk tetap melanjutkan pembangunannya.

Kemampuan Riset dan Peneliti

Selama beberapa dekade, Iran telah membangun keahlian ilmiah dan teknik dalam teknologi nuklir. Setelah serangan dua pekan lalu, Israel mengklaim itu telah menewaskan sedikitnya 14 pakar nuklir terkemuka Iran dalam serangan baru-baru ini.


Namun, masih ada sejumlah ilmuwan lain di Iran yang berbagi banyak pengetahuan soal nuklir. Sebelumnya pembunuhan terhadap ilmuwan nuklir Iran juga pernah dilakukan namun seiring berjalannya waktu, Iran  tetap dapat melanjutkan pekerjaan itu.

Tambang Uranium

Tambang bijih uranium milik Iran, yang digunakan menjadi bahan dasar untuk membangun senjata, tampaknya tidak menjadi sasaran serangan AS. Iran memiliki dua tambang uranium aktif, keduanya di Iran bagian tengah. Iran belum melaporkan berapa banyak uranium yang telah ditambangnya dalam beberapa tahun terakhir, tetapi material tersebut dikatakan terkandung dalam salah satu tambang yakni Narigan, yang akan cukup untuk memperdaya lebih dari 50 senjata.

Pengayaan Uranium

Memproduksi uranium adalah bagian tersulit dalam pembuatan bom nuklir. Pembuatan bom atom bermutu memerlukan serangkaian besar alat sentrifugasi berkecepatan tinggi untuk memutar gas uranium dan memusatkan bentuk yang diperkaya. Situs Natanz dan Fordo Iran memiliki lebih dari 18.000 alat tersebut, sebagian besar di bawah tanah.

Israel kemungkinan besar menghancurkan semua alat sentrifugasi di Natanz. Dan kepala Badan Tenaga Atom Internasional mengatakan sentrifus di Fordo, situs pengayaan utama Iran lainnya yang dibangun jauh di dalam gunung, tampak "tidak lagi beroperasi" setelah serangan AS. Trump mengatakan fasilitas itu "hancur lebur," meskipun observasi lebih lanjut tidak menunjukkan hal tersebut. Israel juga menghancurkan pabrik yang memproduksi alat sentrifugasi Iran.

Iran mengklaim memiliki fasilitas pengayaan rahasia lainnya. Namun tidak ada bukti bahwa situs pengayaan operasional lainnya ada. Iran juga telah merakit alat sentrifugasi canggih generasi berikutnya di sejumlah lokasi berbeda. Tanpa campur tangan diplomasi atau tindakan militer lainnya, Iran dapat memasang alat tersebut di dua fasilitas bawah tanah yang telah dibangunnya.

Penyimpanan Uranium yang Sudah Diperkaya

Di sisi cadangan uranium, peneliti internasional memperkirakan tahun ini Iran memiliki kurang dari 400 kg uranium dengan kadar yang sudah mendekati kebutuhan untuk membuat bom atom. Inspektur internasional terakhir kali melihat sebagian dari persediaan di Iran tersebut sekitar seminggu sebelum Israel memulai serangannya. Saat itu, uranium tersebut disimpan jauh di dalam kompleks nuklir dekat Isfahan dalam tong-tong khusus yang cukup kecil untuk muat di bagasi sekitar 10 mobil.

Setelah diperkaya lebih lanjut, persediaan ini akan cukup untuk membuat sembilan atau 10 senjata atom. Namun badan intelijen AS menilai bahwa Iran belum memutuskan apakah akan membuat bom.

Usai agresi AS ke Iran, sebuah laporan rahasia AS mengatakan bahwa sebagian besar persediaan uranium yang diperkaya milik Iran telah dipindahkan sebelum serangan. Di samping itu, Gedung Putih bersikeras bahwa persediaan itu dihancurkan tetapi tidak menyebutkan bukti apa pun. Badan Tenaga Atom Internasional dan badan intelijen Eropa yakin Iran kemungkinan besar telah menyebar persediaan uranium yang diperkayanya di seluruh negeri.

Uranium yang paling mengkhawatirkan telah diperkaya hingga kemurnian 60%, sehingga sangat mempersingkat waktu yang dibutuhkan untuk meningkatkannya hingga mencapai 90%, yang biasanya dianggap sebagai bahan bakar tingkat senjata atom. Namun, untuk melakukannya, diperlukan beberapa alat sentrifugasi tersembunyi yang berfungsi.

Mengubah Uranium yang Diperkaya Menjadi Logam

Dalam proses solidifikasi, Iran memiliki satu fasilitas yang diketahui untuk mengubah uranium yang diperkaya kembali menjadi logam padat. Langkah ini penting sebelum dapat digunakan dalam senjata.

Israel menghancurkan fasilitas produksi logam uranium Iran di Isfahan. Tanpa kemampuan penting ini, Iran tidak dapat membuat bom atom. Namun, seorang ahli memperingatkan bahwa Iran telah memproduksi logam uranium di lokasi lain sebelumnya, dan mungkin memiliki lokasi rahasia untuk melakukan pekerjaan di tempat lain.

Membuat Bom Atom

Untuk membuat senjata atom modern dengan logam, Iran perlu mengecilkan komponen penting, seperti sistem detonator, agar sesuai dengan hulu ledak yang mampu membawa rudal. Tidak jelas apakah Iran memiliki kemampuan ini, tetapi para ahli yakin Iran telah membuat beberapa kemajuan, dan diperkirakan telah bereksperimen dengan perangkat pemicu. Badan intelijen Amerika menyimpulkan tahun lalu bahwa Iran sedang mengerjakan pendekatan yang "lebih cepat dan lebih kasar" untuk membuat senjata.

Israel telah menghancurkan beberapa bangunan di fasilitas manufaktur Sanjarian yang terkait dengan pengembangan sistem detonasi dan bahan peledak, tetapi Iran mungkin memiliki fasilitas serupa lainnya.

Melakukan Serangan

Untuk proses uji coba, Iran dapat melakukannya seperti yang pertama kali dilakukan Korea Utara pada tahun 2006. Ada banyak cara untuk mengirimkan senjata, tetapi jika ingin menyerang target dari jauh, Iran membutuhkan pesawat atau rudal untuk mengirimkannya. Hingga baru-baru ini, Iran memiliki ribuan rudal, banyak di antaranya dapat membawa senjata atom.

Meskipun Israel mengklaim telah menghancurkan ratusan peluncur rudal Iran, tidak mungkin sepenuhnya menghapus kemampuan Iran untuk menembakkan rudal berkemampuan nuklir.

Kesimpulannya, serangan Israel dan Amerika kemungkinan besar menghancurkan atau merusak beberapa bagian dari program nuklir Iran, sehingga mempersulit produksi bahan bakar nuklir tambahan dengan cepat atau mengubah bahan bakar tersebut menjadi senjata yang berfungsi. Tingkat kemunduran sepenuhnya masih menjadi subjek perdebatan.

Laporan rahasia awal AS mengatakan bahwa serangan tersebut hanya menunda program nuklir selama beberapa bulan. Presiden Trump membantah temuan awal tersebut dan direktur CIA-nya mengatakan serangan tersebut telah menundanya selama bertahun-tahun.

Yang menambah ketidakpastian adalah bukti yang menunjukkan Iran memiliki beberapa fasilitas rahasia, yang tidak tersentuh oleh serangan, yang mungkin memungkinkannya untuk memulai kembali upaya nuklirnya. Para pejabat mengatakan Iran juga tampaknya telah mempertahankan sebagian dari persediaan uraniumnya yang hampir setara dengan bom, serta sentrifus yang telah diproduksi tetapi belum dipasang di pabrik pengayaannya.

Apa pun rintangan teknologi yang mungkin dihadapi Iran sebagai akibat dari serangan tersebut, rintangan tersebut mungkin tidak akan mencegahnya mencapai beberapa tujuan nuklirnya. Sekalipun Iran tidak dapat mengecilkan senjata atau mengirimkannya ke jarak yang jauh, uji coba peledakan senjata yang masih mentah sekalipun dapat menghalangi negara mana pun yang mempertimbangkan serangan militer di masa mendatang.


(fsd/fsd)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Serangan AS ke Situs Nuklir Iran Picu Kekhawatiran Global