
Drama Nuklir Memanas! Trump Paksa Iran Menyerah, AS Cs Mulai Panik?

Jakarta, CNBC Indonesia - Di tengah ketegangan yang belum reda usai serangan udara oleh Amerika Serikat dan Israel terhadap fasilitas nuklir Iran, Duta Besar Iran untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Amir-Saeid Iravani menegaskan bahwa Republik Islam tersebut tidak akan pernah menghentikan program pengayaan uraniumnya.
"Pengayaan adalah hak kami, hak yang tidak bisa dicabut, dan kami ingin menegakkan hak ini," kata Iravani kepada CBS News, Minggu (29/6/2025).
Ia menegaskan bahwa program nuklir Iran bertujuan damai untuk kepentingan energi dan bukan untuk pengembangan senjata.
Meski menyatakan kesiapan Iran untuk kembali ke meja perundingan, Iravani menyatakan bahwa kondisi saat ini tidak memungkinkan untuk memulai putaran baru negosiasi. Ia mengkritik pendekatan Amerika Serikat, khususnya pernyataan mantan Presiden Donald Trump yang sebelumnya menyebut bahwa Iran harus melakukan "penyerahan tanpa syarat."
"Itu bukan negosiasi. Itu pemaksaan kebijakan terhadap kami," ujarnya. "Jika mereka benar-benar siap untuk bernegosiasi, mereka akan menemukan kami siap. Tapi jika mereka ingin mendikte, maka tidak mungkin ada perundingan."
Iravani juga mengatakan bahwa saat ini tidak ada permintaan resmi dari AS untuk melakukan pertemuan dengan Presiden Iran, dan menyebut bahwa agresi militer baru-baru ini telah menciptakan iklim yang tidak kondusif untuk diplomasi.
Dalam wawancara yang sama, Iravani menyatakan bahwa Iran tidak menutup kemungkinan untuk mentransfer cadangan uranium yang telah diperkaya ke negara lain jika ada kesepakatan dengan AS mengenai program nuklir.
Hal ini termasuk uranium yang telah diperkaya hingga tingkat 20% dan 60%, tingkat yang sangat dekat dengan kategori senjata.
Namun, ia kembali menegaskan bahwa Teheran tidak akan melepaskan haknya untuk memproduksi uranium di dalam negeri, syarat yang secara eksplisit ditolak oleh Washington.
Iravani juga menjawab isu mengenai ancaman terhadap Rafael Grossi, Direktur Jenderal Badan Energi Atom Internasional (IAEA). Ia membantah adanya ancaman terhadap Grossi atau para inspektur IAEA, meskipun mengakui bahwa parlemen Iran telah memutuskan untuk menangguhkan kerja sama dengan badan internasional tersebut.
Para inspektur IAEA masih berada di Iran, tetapi saat ini tidak memiliki akses ke fasilitas-fasilitas nuklir negara itu.
"Mereka berada di Iran dan dalam kondisi aman, tetapi aktivitasnya telah ditangguhkan. Mereka tidak bisa mengakses situs kami... Penilaian kami adalah bahwa mereka tidak menjalankan tugas mereka dengan baik," kata Iravani.
Sebelumnya Grossi menyatakan bahwa meskipun sejumlah fasilitas telah diserang, kapasitas teknis Iran untuk memulai kembali pengayaan uranium tetap ada.
"Dalam hitungan bulan, atau mungkin lebih cepat, mereka bisa memiliki beberapa rangkaian sentrifugal yang berputar dan menghasilkan uranium yang diperkaya," kata Grossi kepada CBS News.
Grossi mengungkapkan bahwa badan yang dipimpinnya tidak mengetahui apakah cadangan uranium yang telah diperkaya hingga 60% dipindahkan sebelum serangan, atau apakah telah hancur sebagian. "Harus ada klarifikasi pada titik tertentu," katanya.
Sementara itu, klaim Presiden Donald Trump bahwa fasilitas nuklir Iran "telah dihancurkan total" terus menuai bantahan.
Dalam wawancara dengan Fox News, Trump menegaskan bahwa Iran tidak memiliki cukup waktu untuk memindahkan uranium dari fasilitas Fordow sebelum serangan. Ia juga menduga bahwa kendaraan yang terlihat di sekitar lokasi sebelum serangan adalah tukang batu yang ditugaskan untuk menyegel fasilitas tersebut.
"Sekarang ada ribuan ton batu di ruangan itu. Tempat itu benar-benar hancur," klaim Trump.
Namun, Washington Post melaporkan bahwa intelijen AS berhasil menyadap komunikasi internal Iran, yang mengindikasikan bahwa kerusakan yang terjadi tidak seburuk yang diperkirakan.
Juru bicara Gedung Putih, Karoline Leavitt, meremehkan klaim Iran tersebut dan mengatakan bahwa "gagasan bahwa pejabat Iran yang tidak disebutkan namanya mengetahui apa yang terjadi di bawah ratusan meter reruntuhan adalah omong kosong."
(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Iran dalam Mode Perang, Respons Tegas Ancaman Militer Trump
