Internasional

Korut Geger 'Perang Baru', Warga Ramai-Ramai Mencuri Tinja

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
26 June 2025 14:40
People in a park watch news broadcasted on a giant screen showing leader Kim Jong Un attending the opening ceremony of the Sunchon Phosphatic Fertilizer Factory  Saturday, May, 2nd. 2020, in Pyongyang, North Korea. Un made his first public appearance in 20 days as he celebrated the completion of a fertilizer factory near Pyongyang, state media said Saturday, ending an absence that had triggered global rumors that he may be seriously ill.  (AP Photo/Cha Song Ho)
Foto: Orang-orang di taman mengenakan topeng menonton berita yang disiarkan di layar raksasa yang memperlihatkan pemimpin Kim Jong Un menghadiri upacara pembukaan Pabrik Pupuk Fosfat Sunchon, Sabtu, 2 Mei. 2020, di Pyongyang, Korea Utara. Un membuat penampilan publik pertamanya dalam 20 hari ketika ia merayakan penyelesaian sebuah pabrik pupuk di dekat Pyongyang, media pemerintah mengatakan Sabtu, mengakhiri ketidakhadiran yang memicu desas-desus global bahwa ia mungkin sakit parah. AP/Cha Song Ho

Jakarta, CNBC Indonesia - Warga Korea Utara (Korut) terlibat dalam perebutan tinja manusia. Hal ini seiring dengan dimulainya "Pertempuran Kompos" tahunan.

Pemerintah Korut telah menetapkan kuota yang mustahil bagi warganya. Orang dewasa diwajibkan menyumbangkan 500 kilogram (1.100 pon) kompos, sebuah kode untuk tinja, pada tanggal 20 Januari, sementara siswa memiliki kuota 200 kilogram (440 pon).

Jumlah ini jauh melebihi rata-rata produksi tinja seseorang dalam setahun. Hal ini bahkan menyebabkan maraknya pasar gelap tinja dan peningkatan kasus pencurian.

"Seorang pekerja pabrik mencoba mencuri tinja dari jamban di sebelah rumah orang lain," kata seorang warga kepada Radio Free Asia dikutip Kamis (26/6/2025).

"Pertempuran Kompos" adalah salah satu dari beberapa proyek di Korut yang dinamai secara militeristik dan memerlukan partisipasi publik, seperti 'pertempuran konstruksi' dan 'pertempuran panen'. Namun, 'Pertempuran Kompos" ini unik karena tingkat persaingan yang kejam dan kekerasan yang menyertainya.

Perempuan, yang seringkali menjadi pencari nafkah utama tetapi dianggap ibu rumah tangga oleh pemerintah, menghadapi kuota yang lebih tinggi, terkadang mencapai 1 metrik ton (2.200 pon). Mereka dipaksa mencari tinja dari toilet pribadi atau kandang babi, yang menyebabkan seringnya terjadi perkelahian.

"Ada seorang ibu yang keluar dan berdebat dengan seseorang yang menanyakan apakah kotoran itu miliknya. Situasi meningkat dan perkelahian besar pun pecah," ujar warga lainnya.

Seorang warga mengungkapkan kesulitan untuk memenuhi kuota tersebut karena toilet umum yang terkunci dan kurangnya dana untuk membeli di pasar gelap. Ia juga menceritakan insiden di mana seorang wanita mencuri kotoran babi dan diserang secara fisik oleh pemilik peternakan. 

"Kami harus bertarung satu sama lain untuk mendapatkan kotoran manusia yang busuk ini. Ini adalah tragedi dan situasi yang memalukan."

Warga menyatakan frustrasi bahwa pihak berwenang tidak dapat menyediakan makanan, tetapi justru memaksa mereka untuk menyediakan kompos. Mereka menyoroti absurditas situasi di mana orang-orang harus saling berebut tinja manusia, sebuah keadaan yang mereka yakini hanya terjadi di Korea Utara dan sepenuhnya merupakan tanggung jawab pihak berwenang.

"Warga frustrasi bahwa pihak berwenang tidak dapat menyediakan makanan, tetapi memaksa mereka untuk menyediakan kompos," ungkap warga lainnya.


(tps/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Citra Satelit! Kim Jong Un & Putin Diam-Diam Bangun Proyek Raksasa

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular