Terkuak! Kawasan Penghasil Minyak Sengaja Dibuat Tak Stabil

Verda Nano Setiawan, CNBC Indonesia
Kamis, 26/06/2025 09:05 WIB
Foto: Iran menangkap dua kapal tanker minyak Inggris di Selat Hormuz (Morteza Akhoondi/Tasnim News Agency via AP)

Jakarta, CNBC Indonesia - Mantan Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) periode 2016-2019 Arcandra Tahar menilai bahwa minyak mentah kerap dijadikan alat dalam permainan geopolitik global. Salah satu strateginya adalah dengan menciptakan ketidakstabilan di kawasan-kawasan penghasil untuk menjaga kepentingan negara-negara besar.

Ia lantas mencontohkan embargo minyak yang dilakukan negara-negara Arab terhadap Amerika Serikat pada tahun 1973, yang merupakan respon terhadap dukungan AS kepada Israel dalam Perang Arab-Israel. Akibat embargo ini, AS mengalami krisis energi besar-besaran.

"Karena sewaktu perang Arab Israel, tahun 73, Arab Saudi menggunakan minyak sebagai senjata. Jadi minyak sebagai senjata. Dengan menggunakan minyak sebagai senjata, caranya mengembargo Amerika," kata Arcandra dalam acara Energy Corner CNBC Indonesia, dikutip Rabu (25/6/2025).


Arcandra menilai jika kawasan penghasil minyak dibiarkan tenang dan stabil, ada kekhawatiran dari negara-negara besar bahwa minyak akan kembali digunakan sebagai alat tekanan atau senjata geopolitik. Oleh sebab itu, mereka berupaya menciptakan ketegangan di kawasan tersebut.

"Untuk itu, strategi negara-negara besar ini adalah mungkin salah satunya bagaimana caranya tidak stabil," kata dia.

Selain itu, Arcandra mengungkapkan bahwa uang dari hasil penjualan minyak seringkali digunakan untuk memperkuat persenjataan negara-negara penghasil.

"Jadi bukan minyak untuk senjata, tapi uang minyak untuk membeli senjata. Dengan sendirinya, negara seperti Arab Saudi memperkuat persenjataannya, Iraq, Kuwait, Iran juga memperkuat persenjataannya," katanya.


(pgr/pgr)
Saksikan video di bawah ini:

Video: PM Kanada Sebut Iran Sumber Utama Ketidakstabilan