Tok! Dedi Mulyadi-Trenggono Kerja Sama Beresin Tambak Ikan di Pantura

Martyasari Rizky, CNBC Indonesia
25 June 2025 12:37
Menteri Kelautan dan Perikanan (MenKP) Sakti Wahyu Trenggono melakukan penandatanganan MoU dan Talk Show bersama Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi di kantor Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Jakarta, Rabu (25/6/2025). (CNBC Indonesia/Martyasari Rizy)
Foto: Menteri Kelautan dan Perikanan (MenKP) Sakti Wahyu Trenggono melakukan penandatanganan MoU dan Talk Show bersama Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi di kantor Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Jakarta, Rabu (25/6/2025). (CNBC Indonesia/Martyasari Rizy)

Jakarta, CNBC Indonesia - Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi bertandang ke Kantor Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) pada Rabu (25/6/2025) untuk menandatangani nota kesepakatan (Memorandum of Understanding/MoU) dengan Menteri Kelautan dan Perikanan (MenKP) Sakti Wahyu Trenggono.

Penandatanganan ini menjadi tonggak dimulainya revitalisasi tambak ikan nila kurang produktif di wilayah Pantai Utara (Pantura) Jawa Barat, yang mana akan menjadi sebuah proyek strategis demi kebangkitan ekonomi biru dari Jawa Barat.

Penandatanganan nota kesepakatan tersebut menandai dimulainya sinergi antara KKP dan Pemerintah Provinsi Jawa Barat dalam mengelola kawasan pesisir secara berkelanjutan. Pada tahap awal, revitalisasi akan menyasar 20.413 hektare tambak di empat kabupaten: Bekasi (8.188 Ha), Karawang (6.979 Ha), Subang (2.369 Ha), dan Indramayu (2.875 Ha).

Menurut Menteri Kelautan dan Perikanan Trenggono, Jawa Barat dipilih sebagai model karena dinilai siap dan punya kepemimpinan kuat.

"Alhamdulillah dengan Pak Gubernur Jawa Barat ini saya punya keyakinan, karena di jalur Pantura-nya ini juga sangat luar biasa kerasnya. Tapi dengan contoh Jawa Barat, saya punya keyakinan kita akan bisa membenahi ini dengan baik," ujarnya saat acara Penandatanganan MoU di kantornya.

Trenggono menyebut, Indonesia harus fokus pada lima komoditas utama bernilai ekonomi tinggi, diantaranya udang, nila salin, kepiting, rumput laut, dan lobster.

"Kalau itu kita perbolehkan, setiap bulan tuh seribu kontainer diminta, seribu ton diminta oleh market," sambungnya.

Namun demikian, ekosistem produksi di Indonesia, menurutnya, masih belum tertata maksimal, terutama dalam aspek standar produk dan pengelolaan lingkungan.

Menteri Kelautan dan Perikanan (MenKP) Sakti Wahyu Trenggono melakukan penandatanganan MoU dan Talk Show bersama Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi di kantor Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Jakarta, Rabu (25/6/2025). (CNBC Indonesia/Martyasari Rizky)Foto: Menteri Kelautan dan Perikanan (MenKP) Sakti Wahyu Trenggono melakukan penandatanganan MoU dan Talk Show bersama Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi di kantor Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Jakarta, Rabu (25/6/2025). (CNBC Indonesia/Martyasari Rizky)
Menteri Kelautan dan Perikanan (MenKP) Sakti Wahyu Trenggono melakukan penandatanganan MoU dan Talk Show bersama Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi di kantor Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Jakarta, Rabu (25/6/2025). (CNBC Indonesia/Martyasari Rizky)

Di sisi lain, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi, atau yang akrab disapa Kang Dedi, menegaskan pentingnya perubahan paradigma masyarakat terhadap laut.

"Laut itu adalah kekayaan alam Indonesia yang paling besar. Tetapi sampai hari ini, fokus berpikir kita masih di darat. Masih berputar cari rejeki di darat dan hampir melepaskan laut yang luas," ungkapnya dalam kesempatan yang sama.

Ia juga menyoroti dampak kerusakan dari hulu ke hilir. Menurutnya, sungai-sungai yang tercemar limbah rumah tangga dan industri menjadi penyebab utama kerusakan ekosistem laut.

"Problem di darat akan menimbulkan kekacauan di laut. Perspektif itulah yang mendorong kami untuk terus melakukan pembenahan," ujarnya.

Dedi pun menargetkan dalam dua tahun ke depan tak ada lagi bangunan liar di bantaran sungai dan tak ada lagi pendangkalan muara akibat sedimentasi. Upaya revitalisasi pantai di Bekasi, Karawang, Subang, dan Indramayu pun tak sekadar soal budidaya perikanan, melainkan juga pemulihan ekosistem pesisir secara holistik, mulai dari rehabilitasi mangrove hingga pembangunan sekolah kelautan, rumah sakit nelayan, bahkan jalur pesawat kecil untuk patroli dan layanan medis.

"Budidaya itu bukan hanya sekedar untuk mengembangkan ikan air tawar atau ikan tambak, tetapi yang lebih penting dari itu adalah membangun ekosistem pantai," jelasnya.

Tak hanya berhenti di pantura, Dedi juga berkomitmen membenahi keramba-keramba di Waduk Jatiluhur, Cirata, dan Saguling, serta mengatasi invasi eceng gondok dan pencemaran merkuri dari peternakan. Selain itu juga kerja sama dengan KKP menyasar pada area sedimentasi Pantai Pakis yang akan disulap jadi area budi daya perikanan.

Dengan proyek ini, KKP menargetkan lonjakan produktivitas tambak ikan nila dari sebelumnya 0,6 ton per hektare per tahun, menjadi 144 ton per hektare per tahun. Volume produksi ditaksir mencapai 1,18 juta ton dengan nilai ekonomi Rp30,65 triliun serta penciptaan lapangan kerja bagi lebih dari 119 ribu orang.

"Kalau seluruh garis pantai Jawa Barat tertata, sungai-sungainya bersih, sedimentasinya terselesaikan, dan pantai-pantainya melambai nyiur, saya yakin, Indonesia Maju akan menjadi kenyataan," tegas Dedi.

Sebelum mengakhiri sambutannya, Kang Dedi menyelipkan sedikit guyonan.

"Saya tidak akan terlalu panjang, karena saya datang ke sini bukan hanya menandatangani MoU, tapi mencari jodoh juga," pungkasnya.


(wur)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dedi Mulyadi Geram, Puncak Kini Sudah Jadi Kawasan Beton

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular