Internasional

Gelombang Panas Panggang China, Pemerintah Warning-Jam Kerja Dipangkas

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
Selasa, 24/06/2025 15:00 WIB
Foto: Warga China (AFP via Getty Images)

Jakarta, CNBC Indonesia - Gelombang panas ekstrem melanda Beijing, mendorong pemerintah kota mengeluarkan peringatan cuaca oranye, yang merupakan peringatan tertinggi kedua, pada Senin.

Melansir AFP Selasa (24/6/2025), suhu di ibu kota China itu diperkirakan mencapai puncak hingga 38 derajat Celsius. Warga Beijing terpaksa mencari cara bertahan, dari berteduh di kanal hingga mengubah rutinitas harian.


"Cuaca sangat panas akhir-akhir ini, terutama dalam beberapa hari terakhir," ujar Li Weijun, 22 tahun, seorang pekerja magang.

"Saya bahkan berhenti mengenakan pakaian formal ke kantor dan baru mulai olahraga setelah pukul 10 malam untuk menghindari bahaya."

Pihak berwenang meminta warga untuk menghindari aktivitas luar ruang dan memperbanyak konsumsi cairan. Pekerja konstruksi diminta memangkas waktu kerja, sementara kelompok rentan seperti lansia dan orang sakit disarankan untuk menghindari aktivitas berat.

Di tengah suhu ekstrem ini, Zhang Chen, pekerja IT berusia 28 tahun, mengaku mengubah kebiasaan transportasinya. Ia memilih kendaraan umum dibanding bersepeda.

"Dulu saya bersepeda, tapi sekarang saya lebih memilih berjalan dengan payung atau naik kendaraan umum. Terlalu panas untuk bersepeda," ujarnya.

Meskipun suhu belum melampaui rekor tertinggi bulan Juni di Beijing, yakni 41,1°C pada 2023, cuaca kali ini tetap dianggap salah satu yang terpanas sepanjang tahun. Di jalanan, pengemudi ojek daring dan kurir makanan tetap berlomba membawa pesanan, sementara sebagian warga menikmati es krim dan berendam di kanal.

Lucy Lu, 42 tahun, yang beristirahat di bawah pohon bersama teman-temannya, mengusulkan agar perusahaan mulai mempertimbangkan sistem kerja fleksibel saat suhu melonjak.

"Ketika suhu mendekati 40°C, seharusnya ada opsi bekerja dari rumah. Risiko sengatan panas itu nyata," katanya.

Fenomena panas ekstrem ini memperkuat kekhawatiran akan perubahan iklim global. Para ilmuwan menyebut emisi gas rumah kaca akibat ulah manusia sebagai pemicu utama gelombang panas yang makin sering dan intens.

Sebagai penghasil emisi karbon dioksida terbesar di dunia, China telah berkomitmen untuk mencapai puncak emisinya sebelum 2030 dan netral karbon pada 2060. Meski masih bergantung pada batu bara, negara ini juga menjadi pemimpin dunia dalam pengembangan energi terbarukan.

"Diversifikasi energi dan pengendalian emisi menjadi sangat penting, terutama saat kita menghadapi dampak iklim langsung seperti gelombang panas ini," ujar seorang peneliti iklim dari Tsinghua University.


(tfa/sef)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Gelombang Panas di Beijing, Pemerintah Keluarkan Peringatan