Krisis Penyanderaan Iran

Warga Iran Ngamuk! Kedubes AS Diserbu, 52 Staf Disandera & Disiksa

MFakhriansyah, CNBC Indonesia
Kamis, 26/06/2025 12:30 WIB
Foto: Ilustrasi bendera Iran dan Amerika Serikat (File/REUTERS)

Jakarta, CNBC Indonesia - Staf diplomatik Barry Rosen dilanda kepanikan. Pagi itu, 4 November 1979, ribuan mahasiswa memadati jalanan di depan Kedutaan Besar Amerika Serikat di Teheran.

Dengan wajah penuh amarah, mereka membakar bendera AS, mencoba memanjat pagar, dan meneriakkan "Matilah kau Amerika!". Dari balik jendela kantornya, Rosen hanya bisa mengamati dengan tegang. Instingnya mengatakan ini bukan demonstrasi biasa.

Benar saja. Tak lama kemudian, massa mulai menjebol gerbang utama. Saat pagar besi berhasil diruntuhkan, kekacauan pun tak terhindarkan. Massa menyerbu masuk ke dalam kompleks kedutaan seluas 27 hektar itu.


Di tengah kepanikan, staf lainnya buru-buru menghancurkan dokumen-dokumen rahasia. Sementara itu, para marinir berusaha menahan pintu selama mungkin dan berusaha memperlama waktu agar informasi sensitif tak jatuh ke tangan yang salah.

Namun semua itu tak cukup. Massa akhirnya berhasil menerobos masuk dan menangkap siapa saja yang ada di dalam. Rosen termasuk di antaranya. Dia langsung didorong dari kursi dan tangannya diikat. 

"Semuanya menangis, saya mengatakan kepada mahasiswa "segera tinggalkan ruangan ini, mereka (para staf) tak bersalah," ujar Rosen dalam wawancara bertahun-tahun setelahnya kepada Columbia Magazine.

Hari itu, Rosen menjadi satu dari 66 warga negara Amerika yang disandera selama 444 hari. Peristiwa ini kemudian dikenang sebagai awal dari tragedi panjang yang memperburuk hubungan Amerika Serikat dan Iran hingga hari ini.

Balas Dendam

Jurnalis Time, John Skow, yang meliput langsung krisis penyanderaan di Teheran, menyebut penyerbuan mahasiswa ke Kedutaan Besar Amerika Serikat sebagai puncak amarah rakyat Iran.

Selama puluhan tahun, AS dituduh ikut campur dalam urusan domestik Iran. Mulai dari menggulingkan PM Iran Mossadegh pada 1953 hingga mendukung Reza Pahlevi sebagai penguasa 'boneka'.

Pada awalnya, penyanderaan dirancang berlangsung singkat. Sekitar 1-2 minggu. Tujuannya meminta AS berhenti mencampuri politik dalam negeri dan segera memulangkan Pahlevi yang kabur ke AS pasca-Revolusi Iran.

Namun, semuanya berubah. Dengan dukungan dari Ayatullah Khomeini, para mahasiswa memperpanjang penyanderaan dan menjadikannya alat tawar politik.

"Tujuan mereka menyerbu Kedubes adalah menunjukkan kepada dunia bahwa mereka mampu melakukan revolusi dengan cara yang lebih tegas dan efektif," tulis Skow.

Jumlah sandera awalnya sempat dirahasiakan. Baru setelah krisis berjalan, diketahui ada 66 orang ditahan. Seiring waktu, beberapa dibebaskan di antaranya perempuan, warga kulit hitam, dan sandera yang sakit. Hingga akhirnya, tersisa 52 orang.

David Fasber dalam Taken Hostage: The Iran Hostage Crisis and America's First Encounter with Radical Islam (2005) mengungkap, selama masa penyanderaan, dikabarkan para sandera mengalami penyiksaan.

Barry Rosen, misalnya, mengaku ditahan di ruangan gelap dalam keadaan terikat dan matanya tertutup. Dia hanya bebas saat makan atau ke toilet. Selebihnya, dia hidup dalam teror dan tekanan hingga terjerumus ke dalam depresi.

Beberapa sandera lain mengaku mendapat tekanan dan ancaman tak kalah hebat. Mereka tak boleh bicara sama sekali, dikurung di ruangan gelap, dibentak, dipukuli, hingga akan mengancam merebus kaki mereka dalam minyak panas jika berbuat onar.

Tak heran, beberapa sandera sempat berpikir untuk bunuh diri hingga kabur, meskipun selalu berakhir kegagalan.

Bebas Setelah 444 Hari

Presiden AS Jimmy Carter (1977-1981) mengaku kesulitan membebaskan sandera. Upaya negosiasi selalu ditolak Iran. Misi militer untuk menyelamatkan sandera pun gagal total.

Simpati publik pada Carter merosot. Sementara Khomeini justru makin mendapat dukungan besar. Satu-satunya keberhasilan datang dari Kanada. Lewat operasi intelijen bersama CIA, mereka berhasil menyelamatkan enam sandera dengan menyamar sebagai kru film.

Harapan baru muncul saat Aljazair bersedia menjadi mediator. Setelah negosiasi panjang, Iran setuju membebaskan sandera setelah 444 hari atau 1 tahun 2 bulan 19 hari. Tepat pada 20 Januari 1981, 52 sandera diterbangkan ke AS lewat Aljazair. Sebagai gantinya, Iran bisa memperoleh kembali aset-asetnya yang dibekukan AS.

Dari sinilah awal mula permusuhan panjang antara Amerika Serikat dan Iran. Sampai sekarang, luka tersebut masih mendalam dan membekas sulit dihilangkan.

Naskah ini merupakan bagian dari CNBC Insight yang menyajikan ulasan sejarah untuk menjelaskan kondisi masa kini dengan relevansinnya pada masa lalu.


(mfa/luc)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Iran Ancam Serang Pangkalan Militer AS