Terungkap! Israel Keluarkan Kocek Segini Untuk Berperang Lawan Iran
Jakarta, CNBC Indonesia - Israel masih dalam eskalasi yang memanas dengan Iran. Di saat Negeri Zionis itu masih dalam operasi militer besar-besaran di Gaza Palestina untuk menyerang milisi Hamas, Tel Aviv juga harus menyeret Teheran dalam medan peperangan.
Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu menyebut hal ini terpaksa dilakukan untuk melumpuhkan program pengembangan senjata nuklir yang dijalankan Negeri Para Mullah itu. Tuduhan ini telah lama dan terus menerus ditolak Iran, yang mengklaim program nuklirnya dilakukan untuk tujuan sipil, yakni energi.
Walau begitu, Iran juga telah melontarkan sejumlah serangan balasan ke Israel yang berhasil menembus kota-kota seperti Tel Aviv dan Haifa. Meski didukung sistem perlindungan rudal Iron Dome, Israel tetap saja mampu dibobol rudal Iran.
Kondisi ini telah memberikan tekanan keuangan bagi Israel. Dengan konflik yang terjadi bersamaan di Gaza dan melawan Iran, pengeluaran militer dan sipil meningkat ke tingkat yang belum pernah terjadi selama beberapa dekade, sehingga menimbulkan tekanan luar biasa pada keuangan publik.
Pengungkapan baru oleh mantan pejabat senior pertahanan dan konsultan keuangan kepala staf IDF, Brigadir Jenderal (purn.) Re'em Aminach, menunjukkan bahwa Israel menghabiskan US$ 1,45 miliar atau setara Rp 23 triliun dalam 48 jam pertama operasi militernya baru-baru ini terhadap Iran. Ini termasuk biaya serangan dan bertahan.
"Tindakan ofensif saja, termasuk serangan udara awal, jam terbang, dan amunisi, menghabiskan biaya sekitar US$ 593 juta (Rp 8,7 triliun). Tindakan defensif, termasuk intersepsi rudal dan pengerahan cepat pasukan cadangan, menghabiskan biaya sisanya," tuturnya kepada media ekonomi India, Financial Express.
"Pada laju saat ini, konflik Iran menghabiskan biaya Israel sekitar US$ 725 juta (Rp 11 triliun) per hari, dan angka itu hanya memperhitungkan biaya militer langsung."
Lalu, untuk Perang Gaza, yang meletus beberapa bulan sebelum eskalasi Iran, Israel telah menggelontorkan lebih dari 250 miliar shekel (Rp 10.84 triliun) hingga akhir tahun 2024, menurut Calcalist. Total ini mencakup operasi militer langsung, pengeluaran dukungan sipil, dan kerugian pendapatan akibat gangguan ekonomi.
Mobilisasi cadangan merupakan salah satu komponen yang paling mahal. Dengan lebih dari 300.000 tentara cadangan yang dipanggil selama perang Gaza, Kementerian Keuangan Israel memperkirakan bahwa mempertahankan 100.000 tentara untuk satu hari saja menghabiskan biaya hingga 100 juta shekel atau sekitar Rp 437 triliun per hari, termasuk upah, logistik, makanan, dan tempat tinggal.
Beban Fiskal
Anggaran pertahanan Israel telah membengkak secara drastis sebagai respons terhadap perang. Dari 60 miliar shekel pada tahun 2023, alokasi pertahanan meningkat menjadi 99 miliar (Rp 456 triliun) pada tahun 2024 dan diproyeksikan mencapai 118 miliar shekel (Rp 543 triliun) pada tahun 2025, hampir dua kali lipat dari angka sebelum perang
Meskipun ada kenaikan kecil dalam proyeksi pendapatan pajak, Kementerian Keuangan Israel telah menurunkan perkiraan pertumbuhan PDB 2025 dari 4,3% menjadi 3,6%, dengan alasan hambatan ekonomi yang disebabkan oleh bea cadangan yang diperpanjang dan berkurangnya produktivitas sipil.
Batas defisit fiskal negara sebesar 4,9% dari PDB, yang setara dengan US$ 27,6 miliar (Rp 446 triliun), kini berisiko terlampaui, terutama karena sebagian besar cadangan darurat telah terkuras selama operasi Gaza.
Di luar biaya langsung untuk persenjataan dan operasi, upaya perang juga mempengaruhi kehidupan sehari-hari. Dana Kompensasi Otoritas Pajak Israel telah membayar 2,4 miliar shekel (Rp 11 triliun) untuk menutupi kerusakan properti sipil antara Januari dan Mei 2025, dengan total penarikan dana mencapai 3 miliar shekel (Rp 13,8 triliun).
(tps/tps)