Badai PHK Bakal Hantam Jakarta, Korbannya Karyawan Hotel

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
02 June 2025 13:30
Fenomena mall sepi di Ibu Kota Jakarta belakangan ini kembali ramai diperbincangkan. Pasalnya, banyak pusat perbelanjaan yang berlokasi di tengah kota justru sepi dari pengunjung. Mal Grand Paragon adalah salah satunya. Lokasi yang strategis tidak lantas membuat mal yang berdempetan dengan hotel dengan nama sama itu ramai dikunjungi. Mal Grand Paragon yang terletak di Jalan Gajah Mada tepat di sebrang Halte Transjakarta Mangga Besar. Dari pantauan CNBC Indonesia dilokasi masih terdapat toko toko di Mal Grand Paragon yang didatangi seperti Ace Hardware dan bazar pakain. Pihak penjaga (securty) yabg tidak mau disebutkan namanya menjelaskan
Foto: Mal Grand Paragon yang sepi (CNCB Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Industri hotel dan restoran di Jakarta tengah menghadapi tekanan berat. Efisiensi pemerintah membuat okupansi dan acara yang berlangsung di hotel sudah jauh berkurang, pendapatan dari pariwisata juga megap-megap karena daya beli masyarakat tengah anjlok.

Sedangkan terjadi lonjakan biaya operasional yang tak sebanding dengan pemasukan. Tarif air bersih dari PDAM melonjak hingga 71%, sementara harga gas industri naik 20%. Kalangan pengusaha mengungkapkan semua segmen perhotelan terguncang.

"Seluruhnya lah, hotel bintang 1, bintang 2 sampai bintang 5," ungkap Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DKI Jakarta Sutrisno Iwantono kepada CNBC Indonesia, Senin (2/6/2025).

Banyak pengusaha mengaku bersiap melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) jika situasi tidak segera membaik. Prediksi PHK mencapai 10-30% dari total karyawan, terutama bagi pekerja kontrak dan harian lepas.

"Kecuali yang sudak mentok, nggak bisa lagi ngurangi," kata Iwantono.

Kondisi ini membuat industri hotel dan restoran yang sebelumnya menjadi tulang punggung sektor pariwisata dan penyerap tenaga kerja di Jakarta dengan 603.000 orang bergantung pada sektor ini, terancam masuk ke fase kritis.

PHRI pun berharap pemerintah tidak hanya memandang masalah ini sebagai penurunan musiman, tapi juga sebagai sinyal bahaya bagi ekosistem pariwisata perkotaan.

"Kalau tidak ada intervensi cepat dari pemerintah, seperti relaksasi anggaran perjalanan dinas dan perbaikan strategi promosi wisata, krisis ini bisa berdampak lebih luas, bahkan ke sektor lain seperti UMKM, logistik, dan seni budaya," tegas Iwantono.


(fys/wur)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: 25 Hours Hotel Dibuka, Jadikan Jakarta Destinasi Wisata Kreatif

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular