Internasional

Trump Umumkan Pembuatan Jet Tempur F-47, 'Durian Runtuh' untuk Boeing

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
Senin, 24/03/2025 09:00 WIB
Foto: Ilustrasi Boeing. (AP Photo/Reed Saxon)

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan Boeing memenangkan kontrak untuk membangun jet tempur masa depan Angkatan Udara negara itu, F-47. Hal ini terjadi saat perusahaan tersebut mengalami kesulitan keuangan, dan di sisi lain, China sedang mengembangkan teknologi persenjataan udara.

Mengutip The Associated Press, konsep jet yang dinamai Next Generation Air Dominance, atau NGAD, ini akan berfungsi sebagai quarterback bagi armada pesawat nirawak masa depan yang dirancang untuk dapat menembus pertahanan udara China dan musuh lainnya. Jet tersebut diberi nama F-47, dan biaya pengembangan awalnya mencapai US$20 miliar (Rp330 triliun).

Beberapa detail tentang seperti apa bentuk pesawat tempur NGAD baru tersebut telah dipublikasikan. Gambar rancangan oleh Lockheed Martin dan Boeing telah menyoroti pesawat yang datar, tanpa ekor dengan hidung yang tajam.


"Kami akan menulis generasi berikutnya dari peperangan udara modern dengan ini," ujar Kepala Staf Angkatan Udara, Jenderal David Allvin.

"Armada masa depan mengirim pesan yang sangat jelas dan langsung kepada sekutu kita bahwa kita tidak akan (lari) ke mana-mana," timpal Menteri Pertahanan Pete Hegseth.

Angkatan Udara kemudian mengeluarkan pernyataan yang mengatakan bahwa angka 47 dipilih karena sejumlah alasan. Hal ini untuk menghormati sejarah panjang pesawat tempur P-47, yang kontribusinya terhadap superioritas udara selama Perang Dunia II tetap bersejarah.

"Selain itu, angka tersebut memberi penghormatan kepada tahun berdirinya Angkatan Udara, sekaligus mengakui dukungan penting Presiden ke-47 untuk pengembangan pesawat tempur generasi keenam pertama di dunia," tambah Allvin.

Keputusan ini sendiri dibuat menyambung langkah sekretaris Angkatan Udara pemerintahan Biden, Frank Kendall, yang merencanakan adanya sebuah jet tempur baru untuk melawan eksistensi China. Hal ini juga untuk mencerminkan kemajuan teknologi peperangan selama beberapa tahun terakhir.

"Tinjauan oleh lembaga pemikir dan akademisi tersebut meneliti seperti apa konflik dengan China jika ada NGAD dan kemudian tanpanya. Tim kemudian memutuskan bahwa NGAD masih dibutuhkan. Kendall kemudian menyerahkan keputusan tentang perusahaan mana yang akan membangun jet tempur tersebut kepada pemerintahan Trump yang baru," kata seorang pejabat pertahanan.

Kritik keras

Walau begitu, kritikus mempertanyakan biaya dan perlunya program tersebut karena Pentagon masih berjuang untuk sepenuhnya memproduksi jet tercanggihnya saat ini, F-35, yang diperkirakan akan menghabiskan biaya pembayar pajak lebih dari US$ 1,7 triliun (Rp 28.050 triliun) selama masa pakainya.

Apalagi, Pentagon juga memiliki pesawat pengebom siluman masa depan Pentagon, B-21 Raider, yang telah dilengkapi material canggih, AI, propulsi, dan siluman.

Lebih dari 1.100 F-35 telah dibangun untuk AS dan beberapa mitra internasional. Selain itu, direncanakan akan ada 100 pesawat pengebom siluman B-21 masa depan dengan perkiraan total biaya setidaknya US$ 130 miliar (Rp 2.145 triliun).

Analis pengadaan militer, Dan Grazier, mengatakan langkah ini diambil diakibatkan berkembangnya pesawat nirawak dan peperangan antariksa yang kemungkinan akan menjadi pusat dari pertarungan antara AS dengan China. Ia menyebut masih akan ada biaya tambahan yang besar untuk pengembangan pesawat ini.

"US$20 miliar adalah hanya dana awal. Total biaya yang akan dikeluarkan akan mencapai ratusan miliar dolar (ribuan triliun rupiah)," tandasnya.

Oase bagi Boeing

Pemilihan Boeing, yang telah menghadapi tekanan kuat dari Trump atas kelebihan biaya dan penundaan program Air Force One, dilakukan setelah analisis independen oleh Angkatan Udara. Meski perusahaan itu masih bergulat dengan kondisi keuangan dan berbagai isu keselamatan, Boeing masih dianggap sebagai produsen yang terbaik.

"Penawaran Boeing masih ditetapkan sebagai nilai keseluruhan terbaik bagi pemerintah," kata seorang pejabat.

Angkatan Udara belum menentukan berapa banyak pesawat yang akan diproduksi. Namun, dalam sebuah pernyataan, Allvin mengatakan akan ada lebih banyak F-47 yang diproduksi daripada F-22, jet tempur canggih yang digantikannya. Saat ini ada sekitar 180 jet tempur F-22 yang beroperasi.


(luc/luc)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Kecelakaan Air India, AS Belum Akan Sanksi Boeing