
Dihantam Krisis Properti, Negara Ini Tawarkan Rumah Murah Semurah Kol

Jakarta, CNBC Indonesia - Krisis properti yang melanda China membuat sejumlah kota di Negeri Tirai Bambu melakukan manuver untuk menarik pembeli real estate baru. Salah satu kota yang menjadi primadona baru dalam hal ini adalah Fuxin, yang berjarak dua setengah jam perjalanan kereta dari Beijing.
Merujuk Channel News Asia (CNA) harga perumahan di Fuxin telah menjadi viral di media sosial China, dengan banyak netizen menggambarkan "harga properti yang sangat murah itu semurah sayuran kol". Data dari Anjuke, salah satu platform real estat terbesar di China, flat bekas di Fuxin harganya rata-rata sekitar US$ 590 (Rp 9,7 juta) per M2.
Angka ini jauh lebih murah dibandingkan dengan rata-rata US$ 7.000 (Rp 115 juta) per M2 di kota lapis pertama seperti Shanghai, dan sekitar US$ 5.000 (Rp 82 juta) per M2 di kota lapis ketiga seperti Xiamen.
Fuxin juga dikenal karena biaya hidupnya yang relatif lebih murah. Fitur umum dalam video media sosial tentang kehidupan di sana adalah pasar pagi kota, tempat para vlogger memamerkan barang-barang belanjaan mereka yang murah.
Di pasar Fuxin misalnya, sekitar tiga lusin kios berjejer di area tersebut, menawarkan berbagai kebutuhan pokok mulai dari daging segar hingga acar. Dengan 10 yuan China (Rp 21 ribu), pembeli dapat membawa pulang lima buah apel atau 10 kubis.
Menarik Kaum Millennial
Fuxin adalah salah satu dari segelintir kota China tingkat keempat yang menarik perhatian mereka yang mencari jeda dari tekanan kehidupan modern dengan anggaran terbatas.
Ditambah dengan biaya hidup yang rendah, kota semacam Fuxin, Hegang di Utara, serta Hebi di China tengah menawarkan pilihan yang layak bagi mereka yang memiliki tabungan yang pas-pasan untuk membangun kehidupan baru atau sekadar 'tang ping' (berbaring telentang dalam bahasa Inggris).
"Ada banyak alasan mengapa kaum muda memilih untuk pindah ke kota-kota ini. Beberapa karena orientasi seksual, sementara yang lain karena pekerjaan. Banyak di antaranya sebenarnya karena faktor yang berhubungan dengan pekerjaan," kata seorang warga Fuxin, Ms Du.
"Sebagian orang pindah ke Beijing untuk bekerja, sementara yang lain tidak mampu membeli rumah di kota mereka sendiri setelah bertahun-tahun. Keadaan keluarga juga berperan besar."
Bagi Ms Du, memiliki rumah telah memberinya rasa kebebasan baru, dalam budaya di mana perempuan secara tradisional bergantung pada keluarga atau pasangan laki-laki untuk keamanan finansial.
Melawan Tren
Selama beberapa dekade, pembangunan basis industri lama China, seperti provinsi Liaoning tempat Fuxin berada, tertinggal dari wilayah lain. Hal ini membuat krisis perumahan menghantam wilayah tersebut dengan sangat keras.
"Populasi mereka telah menyusut, dan lapangan pekerjaan juga menurun. Jadi sekarang, Anda membangun banyak perumahan, dan kemudian Anda memiliki persediaan perumahan yang jauh lebih besar daripada yang Anda ketahui dapat diserap oleh populasi atau peluang ekonomi Anda," kata Profesor dari Taubman College of Architecture and Urban Planning, Universitas Michigan, Lan Deng
Dalam beberapa tahun terakhir, upaya untuk menghidupkan kembali ekonomi lokal mulai membuahkan hasil. Tahun lalu, Liaoning mencatat pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) sebesar 5,1%, mengalahkan rata-rata nasional.
Pada tahun 2023, provinsi tersebut mengalami pertumbuhan populasi bersih untuk pertama kalinya dalam lebih dari satu dekade, dengan arus masuk bersih sebesar 86.000 orang. Menurut agen real estat Fuxin, Xiao Zhang, lokasi kota juga berperan.
"Dengan pilihan transportasi yang begitu mudah, jarak ke kota lain menjadi sangat dekat," kata Zhang, yang bekerja di perusahaan real estate Fu Jia Fang Chan.
"Orang mungkin berkata mereka bisa mendapatkan uang dari sana dan kemudian mencari tempat yang tidak terlalu jauh dari kemampuan mereka. Dalam kasus ini, mereka mungkin bisa menyewa tempat di luar kota atau bahkan akomodasi yang disediakan perusahaan," imbuhnya.
"Namun, jika mereka tinggal di kota yang lebih makmur dengan upah yang lebih tinggi, mereka tetap menghadapi kenyataan biaya hidup yang lebih tinggi dan tekanan yang lebih besar, bukan?"
Namun, masuknya kaum muda dari luar Fuxin telah menimbulkan perasaan campur aduk di antara penduduknya. Warga lama takut bahwa dengan arus ini, properti kemudian menjadi semakin mahal dan tidak dapat dinikmati warga lokal.
"Populasi yang lebih besar membantu kota berkembang lebih jauh. Namun itu juga dapat menaikkan harga properti, sehingga membuat penduduk setempat lebih mahal untuk membeli," tandas seorang penduduk Fuxin.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ramai Maskapai Dunia Tutup Rute China, Ada Apa?