Internasional

Perhatian! Ini Ramalan The Fed Buat Ekonomi AS, Bukan Resesi Tapi...

sef, CNBC Indonesia
20 March 2025 07:40
Jerome Powell
Foto: Bos The Fed, Jerome Powell (Reuters)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pejabat bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed/Fed) memangkas prospek ekonomi mereka dalam proyeksi terbaru yang dirilis Rabu malam waktu setempat. Lembaga moneter itu melihat ekonomi AS tumbuh pada kecepatan lebih rendah dari 2%.

Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) yang menetapkan suku bunga menurunkan prospek kolektifnya untuk pertumbuhan ekonomi menjadi 1,7%, turun dari proyeksi terakhir sebesar 2,1% pada bulan Desember. Sementara itu, pejabat menaikkan prospek inflasi mereka, melihat harga inti tumbuh pada kecepatan tahunan 2,8%, naik dari perkiraan sebelumnya sebesar 2,5%.

Pergerakan tersebut menunjukkan bank sentral melihat risiko skenario "stagflasi" di Amerika. Di mana inflasi meningkat saat pertumbuhan ekonomi melambat.

"Ketidakpastian seputar prospek ekonomi telah meningkat," kata FOMC, dikutip CNBC International, Kamis (20/3/2025) seraya menyindir soal risiko.

Perlu diketahui ketakutan akan perlambatan ekonomi dan percepatan inflasi telah meningkat secara signifikan karena tarif agresif Presiden Donald Trump pada mitra dagang utama AS. Ini diperkirakan akan menaikkan harga barang dan jasa dan mengurangi belanja konsumen.

"Inflasi mulai meningkat sekarang. Kami pikir sebagian sebagai respons terhadap tarif dan mungkin ada penundaan dalam kemajuan lebih lanjut sepanjang tahun ini," kata Ketua Fed Jerome Powell dalam sebuah konferensi pers.

"Secara keseluruhan, ini gambaran yang solid. Data survei baik rumah tangga maupun bisnis menunjukkan ketidakpastian yang meningkat signifikan dan kekhawatiran signifikan tentang risiko penurunan," tambahnya.

Fed sendiri mempertahankan suku bunga utamanya tidak berubah dalam kisaran antara 4,25%-4,5%, Rabu. Namun Fed masih berharap bisa melakukan dua kali pemotongan suku bunga untuk sisa tahun 2025, menurut proyeksi median, bahkan ketika prospek inflasi dinaikkan.

Sebelumnya, Selasa, Responden Survei CNBC-Fed bulan Maret telah menaikkan risiko resesi ke level tertinggi dalam enam bulan, memangkas perkiraan pertumbuhan mereka untuk tahun 2025, dan menaikkan prospek inflasi mereka. Sebagian besar dari 32 pelaku pasar yang disurvei menyoroti kekhawatiran muncul atas kebijakan fiskal dari pemerintahan Trump, khususnya tarif, yang dilihat sebagai ancaman bagi ekonomi AS, menggantikan inflasi.

"Kami telah melakukan banyak diskusi dengan investor yang semakin khawatir agenda Trump telah keluar jalur karena kebijakan perdagangan," kata pengamat Ironsides Macroeconomics, Barry Knapp.

"Akibatnya, risiko ekonomi dari sesuatu yang lebih berbahaya daripada soft patch semakin meningkat," ujarnya.

"Tingkat volatilitas kebijakan belum pernah terjadi sebelumnya," timpal direktur pendapatan tetap di Haverford Trust, John Donaldson.

Lebih dari 70% responden meyakini tarif berdampak buruk bagi inflasi, lapangan kerja, dan pertumbuhan. Sementara 34% mengatakan tarif akan menurunkan manufaktur AS sedangkan 22% mengatakan tarif tidak akan menghasilkan perubahan apa pun.

Lalu, 37% responden meyakini tarif akan menghasilkan output manufaktur yang lebih besar. Lebih dari 70% meyakini upaya Efisiensi Departemen Pemerintah untuk mengurangi lapangan kerja pemerintah berdampak buruk bagi pertumbuhan dan lapangan kerja, tetapi akan sedikit deflasi.

"Perang dagang global, pemotongan DOGE yang serampangan terhadap lapangan kerja dan pendanaan pemerintah, deportasi imigran yang agresif, dan disfungsi di DC mengancam akan mendorong ekonomi yang berkinerja luar biasa ke dalam resesi," kata kepala ekonom Moody's Analytics, Mark Zandi.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Alert! Trump Tunjuk The Fed Turunkan Suku Bunga, Rock & Roll America

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular