Para Pelaku Industri Ini Sukses Terapkan Ekonomi Sirkular

Khoirul Anam, CNBC Indonesia
06 March 2025 12:00
Ilustrasi (Photo by Noah Buscher on Unsplash)
Foto: Ilustrasi (Photo by Noah Buscher on Unsplash)

Jakarta, CNBC Indonesia - Di tengah tantangan global seperti perubahan iklim, kelangkaan sumber daya, dan tekanan ekonomi yang semakin kompleks, circular economy muncul sebagai solusi cerdas yang tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga menjanjikan keuntungan bisnis yang berkelanjutan.

Bagi para pelaku bisnis dan industri Indonesia yang selalu mencari terobosan inovatif, konsep ini bukan sekadar tren, melainkan sebuah keharusan untuk tetap relevan di era disruptif.

Bayangkan sebuah dunia di mana limbah tidak lagi menjadi beban, melainkan sumber daya baru yang mendorong pertumbuhan ekonomi. Inilah saatnya untuk mempertanyakan: Apakah pelaku bisnis tanah air siap menghadapi revolusi ini, atau justru akan tertinggal di belakang?

Sementara itu, Pemerintah mendorong ekonomi sirkular sebagai bagian penting dari pembangunan berkelanjutan untuk mengatasi permasalahan iklim.

Memahami Ekonomi Sirkular

Dilansir dari laman resmi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KHLK), ekonomi sirkular adalah model yang bertujuan menghasilkan pertumbuhan dengan mempertahankan nilai produk, bahan, dan sumber daya dalam perekonomian selama mungkin. Tujuan akhir dari ekonomi sirkular adalah untuk meminimalkan dampak sosial dan lingkungan yang disebabkan oleh pendekatan ekonomi linear.

Konsep ini memungkinkan limbah hasil produksi diolah kembali hingga bisa menjadi energi baru untuk proses produksi selanjutnya. Tak hanya melahirkan energi terbarukan, ekonomi sirkular juga mampu menjaga kelestarian lingkungan dan bahaya yang timbul akibat pencemaran oleh limbah berbahaya yang dihasilkan dunia industri.

Skema ekonomi sirkular menjadi tren setelah pandemi dan krisis iklim yang semakin mengkhawatirkan. Berbagai pemangku kepentingan pun menyadari perlunya mengatasi tantangan-tantangan ini, termasuk sektor industri melalui pengembangan teknologi inovatif dan solusi manajemen untuk mengurangi dampaknya.

Salah satu tantangan dalam penerapan ekonomi sirkular adalah pada pengumpulan sampah. Peran pengumpul, pengepul, bank sampah, dan perusahaan pengelola sampah pun menjadi krusial.

Bank sampah merupakan konsep pengolahan sampah yang diterapkan di Indonesia sejak 2008. Regulasi mengenai bank sampah terdapat dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup RI Nomor 13 Tahun 2012. Bank Sampah adalah inisiatif pengelolaan sampah yang bertujuan untuk mengurangi timbunan sampah di TPA (Tempat Pembuangan Akhir) dengan cara memilah dan mengelola sampah yang masih memiliki nilai ekonomi.

Konsep bank sampah mirip dengan bank konvensional, namun yang ditabung bukanlah uang, melainkan sampah yang bersih dan sudah dipilah. Setiap warga yang menjadi nasabah bank sampah dapat menabung sampah mereka dan kemudian sampah tersebut akan diolah menjadi bahan yang berguna atau dijual kembali.

Berbagai organisasi telah hadir untuk menjawab permintaan dari masyarakat yang ingin berpartisipasi menjadi bagian dari solusi. Salah satunya adalah Waste4Change yaitu perusahaan pengelolaan sampah yang bertanggung jawab dan terpercaya. Waste4Change mendukung masyarakat dan Perusahaan maupun lembaga untuk mengoptimalisasi pengelolaan sampah melalui pelatihan dan pendampingan.

Contoh Best Practice dari Pelaku Industri

Pelaku industri juga tidak tinggal diam, salah satunya PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) yang gencar melakukan pembinaan bank sampah. Pada tahun 2024 sendiri, upaya yang dilaksanakan Unilever Indonesia mulai dari hulu ke hilir telah mengumpulkan dan memproses 90.000-ton limbah plastik, lebih banyak dari yang digunakan untuk menjual produk-produknya.

Capaian ini diraih melalui berbagai cara, salah satunya dengan membina 4.000 Bank Sampah di 50 kota/kabupaten dan 13 provinsi Indonesia yang mengumpulkan 4.000-ton sampah plastik paska-konsumsi. Di hilir, perusahaan memproses 50.000-ton sampah plastik melalui Refuse-Derived Fuel (RDF) pada 2024.

Bank sampah menjadi solusi yang menjanjikan karena hasil yang efektif dengan keterlibatan peran masyarakat, sehingga bisa lebih berdampak dalam mendorong perubahan secara menyeluruh.

Seorang penggiat lingkungan, Nurhilaludin, yang merupakan Manajer Program Bank Sampah di Yayasan Rumah Pelangi bercerita bahwa organisasinya menaungi lebih dari 1.000 Bank Sampah dan pengepul di wilayah Jabodetabek dan Bandung. Dengan lebih dari 100.000 nasabah, total serapan sampah di tahun 2023 mencapai 4.422 ton dan menghasilkan omzet rata-rata sekitar Rp 1,2 Miliar per bulan. Capaian ini dimotori oleh kolaborasi dengan Unilever Indonesia yang berlangsung sejak tahun 2013.

Penerapan ekonomi sirkular juga datang dari sektor perbankan, yakni PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Sebagai bagian dari besaran program Zero Waste to Landfill, BRI mengajak masyarakat berperan aktif untuk mengurangi volume sampah melalui Gerakan BRI Peduli Yok Kita GAS (Gerakan Anti Sampah).

Program ini membekali masyarakat dengan pengetahuan dan keterampilan dalam pemilahan sampah, pelatihan tata kelola dan penguatan kelembagaan, pelatihan literasi keuangan, dan pelatihan manajemen bisnis bank sampah.

Selain itu, juga ada HM Sampoerna yang menerapkan ekonomi sirkular dengan mengelola limbah industrinya. Salah satu langkahnya adalah integrasi sistem manajemen limbah dengan penggunaan energi terbarukan dan strategi pengurangan sampah.

HM Sampoerna mengelola limbah dari operasional pabrik dengan prinsip reduce, reuse, recycle, mengurangi jumlah limbah yang dikirim ke tempat pembuangan akhir (TPA), dan mendaur ulang material yang digunakan dalam proses produksi.

HM Sampoerna menerapkan teknologi daur ulang limbah industri dan menciptakan ekosistem berkelanjutan dalam setiap tahap rantai pasokan.

 


(rah/rah)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Mantap! Unilever Indonesia Kembali Raih Top Halal Award

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular