Internasional

Perang Dagang Trump Sudah Tusuk AS dari Belakang? Inflasi Meroket

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
Kamis, 13/02/2025 10:00 WIB
Foto: Gedung The Fed di Washington, Amerika Serikat. (REUTERS)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks harga konsumen (CPI/IHK) Amerika Serikat (AS), pengukur inflasi, naik dalam laju paling tinggi dalam hampir 1-1/2 tahun pada bulan Januari 2025. Hal ini terjadi sesaat setelah Presiden AS Donald Trump melakukan serangkaian langkah-langkah yang mempengaruhi perekonomian Negeri Paman Sam itu.

Dalam data yang dirilis Departemen Tenaga Kerja AS, dikutip Trading Economics, IHK tahunan naik menjadi 3%, dibanding Desember 2,9%. Biaya energi menunjukkan kenaikan 1% (yoy), yang merupakan kenaikan pertama dalam enam bulan, setelah penurunan 0,5% Desember lalu.

Hal ini terjadi karena bensin harga bensin (-0,2% vs -3,4%), bahan bakar minyak (-5,3% vs -13,1%) dan gas alam (4,9% vs 4,9%). Selain itu, ini didukung harga mobil dan truk bekas pulih (1% vs -3,3%) dan biaya transportasi yang meningkat (8% vs 7,3%).


Di sisi lain, inflasi stabil untuk makanan (2,5% vs 2,5%). Namun melambat untuk tempat tinggal (4,4% vs 4,6%).

Secara bulanan, IHK naik 0,5% pada bulan Januari, di atas 0,4% pada bulan sebelumnya dan ekspektasi akan melambat menjadi 0,3%. Indeks untuk tempat tinggal naik 0,4%, yang mencakup hampir 30% dari kenaikan tersebut.

Sementara itu, inflasi inti tahunan secara tak terduga naik menjadi 3,3%, dibandingkan dengan perkiraan yang akan melambat menjadi 3,1%. Tingkat bulanan naik lebih dari yang diharapkan menjadi 0,4%

"Moderasi yang kita lihat dalam inflasi konsumen musim panas lalu tidak lagi terlihat sekarang. Masalah bagi Fed adalah ini bukan hanya peristiwa satu bulan, tetapi tampak seperti penguatan tekanan inflasi multi-bulan yang nyata," kata kepala ekonom AS di BMO Capital Markets, Scott Anderson, kepada Reuters, Kamis (13/2/2025).

Perlu diketahui, Trump awal bulan ini menangguhkan tarif 25% yang sudah sangat jelas untuk barang-barang dari Kanada dan Meksiko hingga Maret. Namun, tarif tambahan 10% untuk barang-barang China mulai berlaku bulan ini.

Para ekonom memperkirakan bahwa tarif tersebut, ketika akhirnya diberlakukan, akan meningkatkan inflasi. Presiden The Fed New York, John Williams, menyebut meski ekonomi AS berada dalam jalur yang sehat, perjuangannya melawan inflasi akan 'membutuhkan waktu' untuk menang.

"Saat kita memasuki tahun 2025, ekonomi berada dalam posisi yang baik. Pertumbuhan tetap solid, didukung oleh belanja konsumen yang kuat," tuturnya.

William kemudian menyoroti bahwa, meskipun fundamentalnya kuat, 'prospek ekonomi masih sangat tidak pasti, khususnya seputar potensi kebijakan fiskal, perdagangan, imigrasi, dan regulasi', sebuah narasi yang dihubungkan dengan sejumlah program unggulan Trump.

"Namun, akan membutuhkan waktu sebelum kita dapat mencapai target inflasi jangka panjang 2% secara berkelanjutan," tegasnya lagi.


(sef/sef)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Efek Tarif Trump Belum Terasa, IHK AS Capai 0,1% (mtm)