Penurunan BI Rate Bawa Berkah Ini ke Sektor Perbankan

dpu, CNBC Indonesia
17 January 2025 14:10
Ilustrasi Bank Indonesia. (REUTERS/Ajeng Dinar Ulfiana/file photo/File Photo)
Foto: Ilustrasi Bank Indonesia. (REUTERS/Ajeng Dinar Ulfiana/file photo/File Photo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Dalam rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) pekan ini, bank sentral menurunkan suku bunga acuan atau BI Rate. Keputusan yang sama sekali tidak diperkirakan oleh pasar.

BI memutuskan untuk menurunkan BI Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,75%, suku bunga Deposit Facility sebesar 25 bps menjadi 5%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 25 bps menjadi 6,5%.

"Keputusan ini konsisten dengan tetap rendahnya prakiraan inflasi 2025 dan 2026 yang terkendali dalam sasaran 2,5 plus minus 1%,terjaganya nilai tukar rupiah yang sesuai dengan fundamental untuk mengendalikan inflasi dalam sasarannya, dan perlunya upaya untuk turut mendorong pertumbuhan ekonomi," ungkap Gubernur Perry Warjiyo belum lama ini.

Keputusan BI untuk menurunkan BI Rate akan berdampak signifikan bagi perekonomian nasional, di mana sektor perbankan diyakini akan memberikan imbas positif.

Penurunan BI Rate akan ikut menurunkan suku bunga di Pasar Uang Antar-Bank (PUAB). Seiring penurunan PUAB, biaya dana (cost of fund) perbankan akan turun. Bunga simpanan bisa turun, dan bunga kredit menyusul kemudian.

"Penurunan suku bunga acuan akan berdampak positif bagi perbankan dengan porsi deposito yang tinggi terhadap total Dana Pihak Ketiga (DPK). Misalnya PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) dengan porsi 52%, PT Bank Syariah Indonesia (Persero) Tbk (BRIS) 38%, dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) 36%," tulis riset BRI-Danareksa Sekuritas Kamis (16/1/2025).

Penurunan BI Rate, lanjut riset BRI-Danareksa Sekuritas, juga akan mengurangi tekanan terhadap PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI). Keduanya memiliki porsi deposito dengan kategori khusus sebanyak 40% dari total DPK.

Selain itu, penurunan imbal hasil obligasi dan surat berharga lain seperti Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) juga dapat meningkatkan likuiditas perbankan. Imbal hasil (yield) obligasi pemerintah tenor 10 tahun juga dalam tren menurun.

Menanggapi isu likuiditas, Senior Vice President Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI), Trioksa Siahaan mengatakan, fenomena rebutan dana antara pemerintah dan perbankan tidak bisa dihindari.

"Iya nggak bisa dihindari, karena tahun ini, ada Rp 800 triliun utang pemerintah yang akan jatuh tempo," kata dia saat dihubungi CNBC Indonesia, Kamis (16/1/2025).

Namun demikian, menurutnya, penurunan BI Rate lebih membantu bank dalam memberikan kelonggaran untuk menurunkan suku bunga kredit. Lantas, kualitas dan ekspansi kredit bank diharapkan dapat membaik.

Dipangkasnya BI Rate memberikan peluang strategis bagi bank untuk meningkatkan efisiensi operasional dan memperkuat kinerja keuangan. Selama periode penurunan BI Rate pada 2016-2018 sebesar 125 bps, misalnya, sektor perbankan mencatatkan pertumbuhan signifikan dari sisi harga saham.

Kenyataannya, saham perbankan memiliki kontribusi signifikan dalam pembentukan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), mencapai hampir 30%. Oleh karena itu, IHSG otomatis bisa terangkat saat saham perbankan melesat.

Dalam risetnya, BRI-Danareksa Sekuritas memperkirakan BI Rate berpeluang turun lagi 25 bps pada semester II-2025. Oleh karena itu, BRI-Danareksa Sekuritas mempertahankan target IHSG di 7.850 pada akhir 2025. Laba per saham (Earnings per Share/EPS) tumbuh 6,5% dan valuasi yang dicerminkan dengan forward Price/Earnings Ratio (P/E) ada di 13 kali.

Adapun salah satu bank yang akan merasakan dampak dari penurunan BI Rate adalah BBNI. Sebagaimana disebutkan dalam riset BRI-Danareksa Sekuritas, penurunan BI Rate memberikan keuntungan utama bagi bank dengan proporsi deposito berjangka (time deposit) yang besar. BBNI, yang memiliki sekitar 40% deposito dalam kategori khusus, mampu mengurangi biaya pendanaannya secara signifikan.

Merujuk pada periode penurunan BI Rate 2016-2018 sebesar 125 bps, sektor perbankan mencatatkan pertumbuhan signifikan dalam nilai saham. Saham-saham bank besar, termasuk BBNI, menunjukkan hubungan terbalik yang kuat dengan suku bunga acuan, dengan keuntungan rata-rata mencapai 74-108%.

Penurunan BI Rate akan memberikan sejumlah sentimen positif bagi BBNI antara lain adalah efisiensi biaya dana. Struktur pendanaan BNI memungkinkan perseroan untuk menyesuaikan beban bunga lebih cepat seiring dengan penurunan BI Rate.

Lalu, portofolio pinjaman yang fleksibel. Dengan kombinasi pinjaman berbunga tetap dan mengambang, BBNI dapat menjaga margin bunga bersih (Net Interest Margin/NIM) tetap stabil.

Kemudian adalah penguatan likuiditas. Penurunan suku bunga acuan mendorong penurunan imbal hasil obligasi, yang memberikan keleluasaan lebih besar dalam pengelolaan likuiditas .

Penurunan BI Rate juga memberikan peluang strategis bagi BBNI untuk memperkuat posisinya di pasar perbankan. Dengan pengelolaan pendanaan yang efisien dan strategi portofolio yang adaptif, BBNI diharapkan mampu mencatatkan pertumbuhan yang solid di tengah dinamika kebijakan moneter. Sebagai salah satu pemain utama sektor perbankan, BNI menawarkan prospek yang menjanjikan bagi investor dan pemangku kepentingan lainnya. 


(bul/bul)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article HUT RI Ke-79, KB Bank Dukung Festival Literasi dan Olahraga

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular