Internasional

Ekonomi Raksasa Eropa dalam Bahaya, Penguasa di Ujung Tanduk

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
18 December 2024 20:50
Asosiasi Petani Jerman Bauernverband menolak rencana dan menyerukan demonstrasi besar-besaran di Berlin hari Senin (18/12) waktu setempat. Ribuan petani datang dengan lebih 1.500 traktor mereka, yang memblokir jalan menuju Brandenburger Tor. (REUTERS/Christian Mang)
Foto: Asosiasi Petani Jerman Bauernverband menolak rencana dan menyerukan demonstrasi besar-besaran di Berlin hari Senin (18/12) waktu setempat. Ribuan petani datang dengan lebih 1.500 traktor mereka, yang memblokir jalan menuju Brandenburger Tor. (REUTERS/Christian Mang)

Jakarta, CNBC Indonesia - Partai-partai politik utama Jerman menyampaikan rencana pengelolaan ekonominya, Selasa (17/12/2024). Hal ini terjadi saat negara ekonomi terbesar Eropa itu berada dalam kelesuan saat kampanye dimulai untuk pemilihan umum dadakan pada tanggal 23 Februari.

Pemilu tersebut, yang dipicu setelah koalisi tiga partai Kanselir Olaf Scholz runtuh bulan lalu, terjadi pada saat yang penuh ujian bagi Jerman. Perekonomiannya akan menyusut untuk tahun kedua berturut-turut, dan raksasa industri seperti Volkswagen menghadapi ancaman eksistensial dari pesaing asing.

Data dari lembaga Ifo juga memberikan pengingat tajam tentang kesengsaraan Jerman pada hari Selasa, yang menunjukkan bahwa moral bisnis memburuk lebih dari yang diharapkan pada bulan Desember.

Pemimpin kaum konservatif yang diperkirakan akan memenangkan pemilu, Friedrich Merz, mengatakan bahwa mereka siap untuk memerintah Jerman lagi setelah tiga tahun beroposisi.

"Kanselir meminta mosi percaya kemarin dan kalah. Ia telah kehilangan kepercayaan mayoritas penduduk sejak lama. Ia juga telah kehilangan kepercayaan investor yang telah meninggalkan Jerman selama beberapa tahun ini," kata Merz.

Sejauh ini Merz mengatakan ia berencana untuk tetap berpegang pada batasan pengeluaran pemerintah yang dikenal sebagai rem utang. Alat tersebut diperkenalkan setelah krisis keuangan 2009 tetapi para kritikus mengatakan hal itu menghambat pertumbuhan dengan membatasi pinjaman dan investasi.

Partai Persatuan Demokratik Kristen (CDU) menginginkan pemotongan pajak pendapatan dan pajak perusahaan. Mereka juga menyuarakan penurunan harga listrik sebagai cara untuk meningkatkan ekonomi.

Sementara itu, Partai Demokrat Sosial (SPD) Scholz dan sekutu koalisinya, Partai Hijau, ingin mereformasi rem utang. Menteri Ekonomi Robert Habeck dari Partai Hijau menuduh Merz gagal menghadapi kenyataan yang dihadapi Jerman.

"Kita harus memperbaiki infrastruktur kita," kata Habeck saat presentasi manifesto partainya, memperkirakan bahwa perbaikan infrastruktur Jerman yang sudah rusak akan menelan biaya ratusan miliar euro selama dekade berikutnya.

Hal yang sama juga disuarakan lagi oleh Scholz. Ia mengatakan penyediaan pekerjaan merupakan inti dari program SPD. Ia juga mengusulkan pemberian insentif untuk investasi swasta, terutama dalam manufaktur dalam negeri, dan memodernisasi infrastruktur dengan dana di luar anggaran sebesar 100 miliar euro.

"Hal pertama dan terpenting adalah melindungi pekerjaan dan memastikan pekerjaan baru tercipta," ungkapnya.

Meski seluruh partai telah menyampaikan gagasan ekonominya, beberapa ekonom mempertanyakan apakah ada partai utama yang menawarkan perubahan besar. Pasalnya, langkah-langkah yang direncanakan partai-partai tersebut adalah langkah yang kecil.

"Langkah-langkah berskala kecil tidak akan membantu. Kita harus berpikir lebih besar. Anda tidak dapat benar-benar melihatnya di sebagian besar manifesto pemilu," kata Kepala Ekonom di Hamburg Commercial Bank, Cyrus De La Rubia,

"Tentu saja, hal itu meningkatkan moral ketika pajak penghasilan dikurangi. Jika intervensi mikro ini terus berlanjut, pengunduran diri akhirnya akan terjadi karena kurangnya keberanian."

Perang Ukraina

Selain ekonomi, isu-isu lain yang akan mendominasi kampanye pemilu termasuk migrasi dan perang di Ukraina. Jerman di bawah Scholz telah meningkatkan pengeluaran pertahanan dan menjadi pendukung militer terbesar kedua Ukraina setelah Amerika Serikat.

Namun, Merz ingin melangkah lebih jauh dengan melengkapi Kyiv dengan rudal Taurus. Ini merupakan sebuah langkah yang dikhawatirkan Scholz dapat menyeret Jerman ke dalam konfrontasi langsung dengan Rusia.

Partai Hijau, di sisi lain, menginginkan pengeluaran pertahanan dinaikkan melampaui target aliansi NATO sebesar 2% dari produksi nasional.

Sebaliknya, partai sayap kanan Alternatif untuk Jerman (AfD), yang saat ini menempati posisi kedua setelah partai konservatif dalam jajak pendapat, menginginkan diakhirinya pengiriman senjata ke Ukraina dan dimulainya kembali hubungan baik dengan Moskow.


(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Gonjang-ganjing Raja Ekonomi Eropa, Pemerintahan di Ambang Kehancuran

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular