6 Tahun Jadi Dirut, Ini 10 Warisan Nicke Widyawati Bagi Pertamina

Wilda Asmarini, CNBC Indonesia
04 November 2024 19:00
Ditektur Utama Pertamina Nicke Widyawati. Doc Pertamina
Foto: dok Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati saat memberikan arahan di acara Sosialisasi & Penandatanganan Pathway Pertamina Net Zero Emission (NZE) Road Map 2022-2060

Warisan Kepemimpinan Nicke Widyawati Bagi Pertamina

Selama 6 tahun menjadi Direktur Utama Pertamina, banyak legacy alias warisan yang sudah disiapkannya untuk perusahaan pelat merah energi ini.

Selain kinerja keuangan yang makin cemerlang, setidaknya ada 10 warisan lainnya yang laihir di tangan Nicke Widyawati, berikut daftarnya:

1. Bahan Bakar Minyak (BBM) Premium (RON 88) dihapus, gencarkan BBM RON 90 atau Pertalite

Pertamina mulai meniadakan BBM Pertalite dari SPBU sejak 1 Januari 2023, seiring dengan keputusan pemerintah. Namun Pertamina menggantinya dengan bensin yang lebih berkualitas dengan nilai oktan lebih tinggi yakni BBM Pertalite. Kini BBM Pertalite mendominasi penjualan BBM Pertamina.

Pada tahun 2024 ini diperkirakan penjualan BBM Pertalite mencapai 31,7 juta kilo liter (kl). Produk BBM Pertalite kini mendapatkan kompensasi dari pemerintah karena termasuk Jenis Bahan Bakar Khusus Penugasan (JBKP).

Harga Pertalite masih diatur pemerintah yakni Rp 10.000 per liter, di bawah harga keekonomian, sehingga selisihnya dikompensasi oleh pemerintah.

2. Peningkatan Kapasitas Kilang BBM melalui Refinery Development Master Plan (RDMP) dan Pembangunan Kilang Baru (New Grass Root Refinery), serta Peningkatan Kualitas BBM dan Pemrosesan Bahan Bakar Hijau (green refinery).

Proyek kilang juga menjadi salah satu capaian besar bagi kepemimpinan Nicke Widyawati. Sejumlah proyek dibangun dan sudah terealisasi hingga kini, antara lain Proyek Langit Biru Cilacap, pengambilalihan operasional Kilang Trans-Pacific Petrochemical Indotama (TPPI) di Tuban, Jawa Timur, RDMP Balongan yang meningkatkan kapasitas olahan minyak sebesar 25 ribu barel per hari (bph) menjadi menjadi 150 ribu bph, Kilang Hijau atau Green Refinery di Kilang Cilacap dan Dumai, peningkatan kapasitas produksi petrokimia di Kilang TPPI, hingga proyek RDMP Balikpapan yang rencananya tuntas pada 2025 dan akan mengurangi impor BBM sebesar 100 ribu bph.

3. Ambil Alih Blok Migas Rokan

Setelah puluhan tahun Blok Rokan, Riau, dikelola oleh perusahaan asal Amerika Serikat, Chevron Pacific Indonesia, pada Senin, 9 Agustus 2021 lalu akhirnya blok migas tua RI pun jatuh ke pangkuan Ibu Pertiwi. Pertamina melalui unit usaha PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) mengambil alih pengelolaan Blok Rokan sejak 3 tahun lalu.

Kini Blok Rokan merupakan produsen minyak terbesar RI dengan produksi sekitar 160-an ribu barel per hari (bph).

4. Subholding Integrated Marine Logistics Pertamina, PT Pertamina International Shipipng (PIS), Makin Ekspansif Jelajahi Rute Internasional.

Hingga awal November 2024 ini, tercatat sudah ada 65 rute internasional yang menjadi jalur pasar PIS. Kini PIS juga memiliki dua kantor perwakilan di Asia Pasifik (Singapura) dan Timur Tengah (Dubai) untuk memenuhi kebutuhan mitra pihak ketiga.

PIS juga berencana untuk ekspansi ke pasar Eropa dengan menjajaki pembukaan kantor perwakilan di benua tersebut. Dengan jangkauan pasar semakin luas, PIS semakin mantap menuju kapitalisasi pasar US$ 8,9 miliar pada 2034. Pada 2023 PIS tercatat mencapai US$ 3,33 miliar.

5. Merger PT PGN Tbk dan Pertagas

Pada 2018 PGN resmi menjadi anak usaha dan Subholding Gas PT Pertamina (Persero). Setelah menjadi Subholding Gas Pertamina, PGN pun resmi mengakuisisi PT Pertagas, melalui Sales Purchase Agreement/ SPA) pada 28 Desember 2018.

PGN dan Pertamina telah memutuskan mengikutsertakan 4 anak usaha Pertagas yakni PT Perta Arun Gas, PT Perta Daya Gas, PT Perta-Samtan Gas, dan PT Perta Kalimantan Gas dalam proses pengambilalihan saham Pertamina di Pertagas oleh PGN.

6. IPO PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO)

PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) resmi mencatatkan saham perdana ke publik (Initial Public Offering/ IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 25 Februari 2023.

7. Emisi Semakin Ditekan

Peringkat Risiko Environmental, Social, Governance (ESG) PT Pertamina (Persero) naik menjadi peringkat satu dunia dalam sub-industri Integrated Oil and Gas. Pertamina memimpin skor tertinggi dari 61 perusahaan dunia, berdasarkan peringkat dari Lembaga ESG Rating Sustainalytics.

Skor Pertamina per 1 Desember 2023 menjadi 20,7 (Medium Risk) atau naik dari sebelumnya 22,1 (Medium Risk). Adapun skor Sustainalytics yang lebih rendah mencerminkan tingkat risiko yang lebih baik.

Dengan peringkat dan skor yang dirilis pada Desember 2023 ini, Pertamina dinilai berada pada tingkat risiko Medium dalam mengelola risiko terkait faktor-faktor ESG.

Kemudian, pada Oktober 2024 lalu PGE juga berhasil meraih peringkat pertama ESG Risk Rating global oleh Sustainalytics dengan skor 7,1, yang tergolong "Negligible Risk" atau risiko yang dapat diabaikan. Prestasi ini menempatkan PGE sebagai perusahaan dengan risiko ESG terendah di sub-sektor energi terbarukan dan industri utilitas global.

8. Tekan Impor Solar dan Avtur

Melalui peningkatan pencampuran biodiesel, Pertamina berhasil menekan impor Solar sejak 2019 lalu. Begitu juga dengan avtur, sudah tak lagi impor sejak 2019 lalu.

9. Transformasi Organisasi

Pada awal 2018 Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) memutuskan untuk mengalihkan saham pemerintah sebesar 57,3% yang berada di PGN ke Pertamina. Pengalihan saham ini merupakan langkah awal pembentukan Holding BUMN Migas.

Lalu, pada 12 Juni 2020, resmi terbentuk 6 (enam) Subholding di bawah Pertamina, yaitu Subholding Upstream, Subholding Gas, Subholding Refinery and Petrochemical, Subholding NRE, Subholding Commercial and Trading, dan Subholding Integrated Marine Logistics. Proses pembentukan Subholding ini tuntas pada 1 September 2021 dengan penandatanganan dokumen legal.

10. Peluncuran Produk BBM Rendah Karbon

Pertamina resmi meluncurkan produk Bahan Bakar Minyak (BBM) Pertamax Green 95 pada Senin (24/07/2023), di SPBU MT Haryono, Jakarta. Peluncuran produk ini bentuk nyata perseroan untuk meningkatkan kualitas BBM, lebih ramah lingkungan, bahkan bisa mengurangi impor bensin.

Pertamina telah berhasil memproduksi bahan bakar pesawat jenis Sustainable Aviation Fuel (SAF) atau bioavtur.

Produksi dilakukan di Green Refinery Kilang Cilacap dengan campuran minyak sawit sebesar 2,4% berkapasitas 9.000 barel per hari (bph). Adapun bahan bakunya yaitu produk turunan sawit, Refined Bleach Deodorized Palm Kernel Oil (RBDPKO).

(wia/wia)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular