FOTO Internasional

Negara Chaos karena Mantan Presiden, Pendukung Kepung Markas Tentara

Reuters, CNBC Indonesia
Senin, 04/11/2024 16:40 WIB

Bolivia kacau. Pendukung mantan Presiden Bolivia Evo Morales memblokir dan membangun tenda, di luar barak militer tentara.

1/6 Pangkalan Militer Bolivia dikuasai kelompok bersenjata di duga pendukung Evo Morales. REUTERS/Claudia Morales

Pendukung mantan Presiden Bolivia Evo Morales memblokir dan membangun tenda di luar barak militer di Shinahota, Bolivia, provinsi Chapare, Minggu waktu setempat. (REUTERS/Claudia Morales)

2/6 Pangkalan Militer Bolivia dikuasai kelompok bersenjata di duga pendukung Evo Morales. REUTERS/Claudia Morales

Insiden ini menandai semakin memanasnya pertikaian massa pro-Morales dengan pemerintah presiden baru negara tersebut. (REUTERS/Claudia Morales)

3/6 Pangkalan Militer Bolivia dikuasai kelompok bersenjata di duga pendukung Evo Morales. REUTERS/Claudia Morales

Para pendukung Morales yang memblokir jalan-jalan untuk mencegah penangkapan sang mantan pemimpin tersebut yang sebelumnya dituding melakukan pemerkosaan. Mereka menyebut hal itu dibuat-buat dan bertujuan untuk menggagalkan upayanya untuk bangkit kembali ke kancah politik. (REUTERS/Claudia Morales)

4/6 Pangkalan Militer Bolivia dikuasai kelompok bersenjata di duga pendukung Evo Morales. REUTERS/Claudia Morales

Pemerintah sendiri telah mengirimkan pasukan ke daerah tersebut di departemen Cochabamba untuk membantu membersihkan blokade jalan. (REUTERS/Claudia Morales)

5/6 Pangkalan Militer Bolivia dikuasai kelompok bersenjata di duga pendukung Evo Morales. REUTERS/Claudia Morales

Perlu diketahui, Morales menjabat dari 2006 hingga 2019, ketika ia mengundurkan diri di tengah tuduhan kecurangan dalam pemilihan. (REUTERS/Claudia Morales)

6/6 Pangkalan Militer Bolivia dikuasai kelompok bersenjata di duga pendukung Evo Morales. REUTERS/Claudia Morales

Meskipun dilarang untuk mencalonkan diri lagi, Morales ingin menantang Presiden Luis Arce, mantan sekutunya, untuk pencalonan partai kiri MAS dalam pemilihan mendatang pada bulan Agustus. (REUTERS/Claudia Morales)