Internasional

Israel Menggila Bombardir Gaza, Gencatan Senjata Cuma Mimpi

Redaksi, CNBC Indonesia
Sabtu, 02/11/2024 10:15 WIB
Foto: Warga Palestina berkumpul untuk membeli roti dari toko roti, di tengah konflik Israel-Hamas, di Deir Al-Balah di Jalur Gaza tengah, 24 Oktober 2024. (REUTERS/Ramadan Abed)

Jakarta, CNBC Indonesia - Prospek gencatan senjata antara Israel dan musuhnya, Hamas dan Hizbullah, kandas pada Jumat (1/11) waktu setempat. Israel kembali melancarkan serangan udara dan menewaskan sedikitnya 64 orang di Jalur Gaza, menurut petugas medis di daerah kantong Palestina.

Hal ini terjadi ketika utusan AS sudah berupaya untuk menjamin gencatan senjata di kedua pihak menjelang Pilpres AS pada 5 November 2024 mendatang.


Hamas tidak mendukung gencatan senjata sementara, menurut laporan televisi Hamas Al-Aqsa. Proposal gencatan senjata dikatakan gagal memenuhi syarat untuk mengakhiri perang yang telah berlangsung selama setahun di Gaza, serta menarik pasukan Israel dari sana.

Sebelumnya, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan prioritasnya adalah menegakkan keamanan meskipun ada tekanan atau kendala.

Kantornya mengatakan Netanyahu menyampaikan pesan ini kepada utusan AS Amos Hochstein dan Brett McGurk di Israel pada Kamis (31/10). Sementara itu, Israel melanjutkan serangan militernya terhadap Hamas di Jalur Gaza dan Hizbullah di Lebanon pada hari Jumat (1/11).

Petugas medis di Gaza mengatakan sekitar 64 orang tewas dan puluhan lainnya terluka sepanjang malam hingga Jumat pagi dalam serangan Israel di kota Deir Al-Balah, kamp Nuseirat, dan kota Al-Zawayda. Semuanya juga berada di wilayah tengah dan selatan Gaza.

14 orang tewas akibat serangan Israel di gerbang sekolah yang menampung pengungsi Palestina di Nuseirat, menurut petugas medis di Rumah Sakit Al-Awda di kamp tersebut. 10 orang lainnya tewas di dalam mobil di Khan Younis di selatan Gaza, kata petugas medis.

Militer Israel mengatakan pasukannya telah membunuh pasukan bersenjata di Gaza tengah dan wilayah Jabalia utara. Mereka belum memberikan komentar mengenai laporan pemogokan sekolah tersebut, meskipun mereka selalu menyangkal sengaja menyerang warga sipil.

Israel juga menghantam pinggiran selatan Beirut pada Jumat (1/11) pagi dengan sedikitnya 10 serangan, kata wartawan Reuters. Ini adalah pemboman pertama di wilayah tersebut selama hampir seminggu.

Serangan itu terjadi setelah Israel mengeluarkan perintah evakuasi untuk 10 lingkungan terpisah.

Seorang warga bernama Hassan Saad, berbicara di sebuah jalan di ibu kota Lebanon, Beirut, mengatakan kepada Reuters: "Ini adalah perang brutal dan Israel tidak berhak melakukan ini... Harus ada batasan yang diberikan kepada Israel karena mereka tidak mematuhi ketentuan apa pun. hukum atau moralitas manusia."

Pria Beirut lainnya, Ali Ramadan, mengatakan dia yakin serangan udara Israel adalah cara untuk memberikan tekanan pada Lebanon dalam negosiasi gencatan senjata.

Perdana Menteri sementara Lebanon Najib Mikati menuduh Israel menghalangi kemajuan dalam negosiasi.

"Pernyataan Israel dan sinyal diplomatik yang diterima Lebanon menegaskan kekeraskepalaan Israel dalam menolak solusi yang diusulkan dan bersikeras melakukan pendekatan pembunuhan dan penghancuran," katanya.

Israel pada Kamis (31/10) juga mengebom wilayah Baalbek di timur Lebanon, rumah bagi reruntuhan Romawi yang terdaftar di UNESCO. Sebuah kelompok budaya yang menyelenggarakan festival tahunan di tengah reruntuhan mengatakan beberapa retakan terlihat akibat serangan Israel di dekatnya.

Serangan Israel telah menewaskan lebih dari 43.000 warga Palestina dan menghancurkan sebagian besar Gaza, kata pihak berwenang Palestina, dan juga menewaskan sekitar 2.800 orang di Lebanon, menurut kementerian kesehatan di sana.


(fab/fab)
Saksikan video di bawah ini:

Vido: Trump "Percaya Diri" Sebut Iran Ingin Berunding Dengan AS